PESAN JURNAL KLIK SINI
....................................................................................................................................

Selasa, 06 Januari 2015

PENGARUH PANAS HIDRASI BETON DENGAN SEMEN TYPE II TERHADAP KETEBALAN ELEMEN BETON


Karakteristik panas hidrasi campuran dengan semen type I di lapangan baru terbaca pada suhu puncak, yaitu suhu yang terbentuk setelah periode Dormant (Dormant Periode) dalam proses hidrasi. Perbedaan suhu antara bagian inti dan bagian atas pada beberapa hasil monitoring thermocouple melebihi 20oC dapat menjadi pemicu retak dalam jangka panjang. Secara keseluruhan adanya fly ash dalam campuran beton di lapangan tidak terindikasi dari suhu yang tercatat. Pemakaian semen type II serta fly ash pada benda uji ukuran besar di laboratorium belum dapat menurunkan suhu campuran secara maksimal, sedangkan untuk benda uji dengan ukuran lebih kecil suhu maksimum tersebut dapat dipenuhi. Sedangkan karakteristik suhu pada setting time dengan benda uji standar (100mm x 100mm x 100mm) tidak mudah dijadikan referensi untuk perilaku suhu setting time beton dengan volume besar. Secara visual, kondisi benda uji tanpa retak mikro, dengan demikian asumsi yang kemudian diambil adalah bahwa perbedaan suhu elemen uji bagian atas dengan suhu inti tidak terlalu besar ( < 20 °C). Asumsi tersebut dapat dikatakan sudah benar. Dengan kurangnya kepadatan, maka perbedaan suhu antara lapisan inti dan lapisan atas tidak akan besar, karena adanya porisitas yang lebih besar, terlihat dari hasil uji PUNDIT, nilai cepat rambat gelombang hanya menunjukkan nilai 3.7 Km/sec. Korelasi data hasil pengujian di lapangan dengan data hasil pengamatan di laboratorium pada dasarnya tidak bisa dilakukan, karena bahan pembentuk berbeda. Tetapi beton masa dengan menggunakan semen type I dan fly ash sebesar 15%, suhu terekam mencapai suhu batas (85°C) yang dapat menyebabkan perbedaan tegangan sangat besar dalam beton. Pemakaian fly ash dalam jumlah lebih banyak serta semen type II pada benda uji di laboratorium, menunjukkan suhu terekam mencapai suhu batas 68oC, nilai tersebut lebih rendah sebesar 19% dari suhu maksimum di lapangan.

Kata kunci: Beton massa, suhu, panas hidrasi, semen type II, fly ash

Penulis: Rochaeti, Jul Endawati, Lilian Diasti Dessi Widuri dan Moeljono.Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung. Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234 Bandung 40012. Email: amr_dgreat@yahoo.com

preview/ download

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI HIJAU KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEBAGAI PENDUKUNG MOBILITAS CIVITAS AKADEMIKA


Lingkungan kampus merupakan tempat publik yang penting di mana banyak orang beraktivitas selama sehari penuh. Salah satu pendukung utama dari pergerakan manusia dan barang adalah transportasi yang efektif dan efisien. Transportasi Internal, Infrastruktur dan Mobilitas menjadi hal penting dalam kerangka untuk mengetahui kinerja sebuah sistem transportasi internal dan implementasinya di lapangan. Beberapa hal yang terkait dengan kajian meliputi tiga aspek yaitu: (1) sistem tata kelola transportasi internal; (2) sarana prasarana transportasi internal dan (3) pergerakan pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengembangkan sarana prasarana pendukung program transportasi hijau; (2) Mengembangkan kesehatan lingkungan kampus Unnes yang optimal; (3) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung mobilitas civitas akademika Unnes; dan (4) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung kinerja civitas akademika Unnes. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan desain riset dan pengembangan (research and development/ R and D) dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipandang sangat tepat karena berkaitan dengan tujuan umum penelitian yaitu: (1) Mengembangkan sarana prasarana pendukung program transportasi hijau; (2) Mengembangkan kesehatan lingkungan kampus Unnes yang optimal; (3) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung mobilitas civitas akademika Unnes; (4) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung kinerja civitas akademika Unnes. Berdasarkan identifikasi kondisi di lapangan, sistem transportasi internal Kampus Unnes di Sekaran sebagian telah terimplementasi dalam bentuk elemen-elemen fisik, yaitu infrastruktur transportasi internal Kampus Unnes, sarana transportasi dan sistem pengaturannya. Meski telah tersedia, sarana dan infrastruktur masih belum optimal dalam mendukung pergerakan dan kenyamanan civitas akademika sebagai pengguna. Kenyamanan civitas akademika dan kesehatan lingkungan juga dipengaruhi oleh tingkat polutan yang ada dalam kawasan kampus.

Kata kunci: Kampus, Transportasi, Internal

Penulis :Teguh Prihanto.Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

preview/ download

PERILAKU PENYEBERANG PEJALAN KAKI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA LALU LINTAS


Banyak penyeberang pejalan kaki yang tidak menggunakan jembatan penyeberangan dan lebih memilih untuk menyeberang ke ruas jalan pada jalan Brigjend Katamso, meskipun pada jalan tersebut telah ada fasilitas jembatan penyeberangan. Tulisan ini menyajikan perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus penyeberang jalan apakah mempunyai pengaruh terhadap arus lalu lintas atau tidak. Bila terjadi pengaruh, seberapa besar pengaruh tersebut. Observasi/Survei awal dengan melakukan penghitungan arus lalu lintas harian selama 40 jam menggunakan metode pencacahan manual, serta metode visual dengan kamera video. Selanjutnya dari survei lalu lintas harian diketahui waktu puncak yaitu puncak pagi (05.45 – 08.45) dan puncak sore (14.30–17.30). Pada masing-masing waktu puncak kemudian dikaji perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus untuk perilaku penyeberang melalui jalan akan diteliti pengaruhnya terhadap jumlah lama kendaraan tertahan serta kecepatan mobil penumpang ketika terjadi aktifitas penyeberangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada waktu pagi hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih banyak dari pada melalui jalan. Sedangkan pada waktu sore hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih sedikit dari pada melalui jalan. Pada puncak pagi rata-rata penyeberang jalan menghambat 2 kendaraan selama 1.37 detik sedangkan puncak sore menghambat 1 kendaraan selama 1 detik. Pengaruh terhadap kecepatan mobil penumpang selama 3 jam puncak pagi menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 22.43 km/jam, sesaatkejadian 18.35 km/jam, setelahkejadian 19.1 Km/jam. Sedangkan 3 jam selamapuncak sore menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 17.45 km/jam, sesaatkejadian 13.48 km/jam, setelahkejadian 24.07 km/jam. Hal ini menunjukkan penyeberang melalui jalan menjadi penghambat lalulintas di sekitar Jembatan Penyeberangan Orang, di depan SMPN 2 Semarang, di Jalan Brigjend Katamso.

Kata kunci: Pejalan kaki, Kinerja lalu lintas

Penulis: Ridho Wicaksono, Untoro Nugroho, Alfa Narendra. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Gedung E3-E4 KampusSekaran, Gunungpati, Semarang 50229. e-mail: daknean.civil@gmail.com

preview/ download

TIPOLOGI PERUBAHAN FUNGSI LAHAN BANGUNAN DI PERKOTAAN STUDI KASUS PERKEMBANGAN BANGUNAN KOMERSIAL PENGGAL JALAN MONJALI – JALAN ABU BAKAR ALI YOGYAKARTA


Daerah Kotamadya Yogyakarta dan Aglomerasi Kabupaten Sleman yang berbatasan dengan Kotamadya Yogyakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sedang pesat-pesatnya terjadi pertumbuhan bangunan komersial seperti hotel, apartemen, ruko, kafe, pusat perbelanjaan, dan lain-lain, yang mendesak permukiman dan/ atau lahan kosong. Penelitian ini menggunakan metode penelitian - eksploratif dengan penelusuran studi literatur dan kebijakan terkait dengan pemanfaatan lahan bangunan komersial di bantaran sungai; survey sebaran pemanfaatan lahan bangunan komersial pada penggal Jalan monjali – Jalan Abu Bakar Ali, yang bersinggungan dengan bantaran sungai Code, yang menjadi bagian belakang bangunan-bangunan besar tersebut. Wilayah penelitian yang diamati adalah sebaran pertumbuhan bangunan komersial di sekitar Sungai Code, yang dibagi menjadi 3 zona: zona utara (jembatan Prof. Ir.KRMT Wreksodiningrat – jembatan Sardjito) 9 titik, zona tengah (jembatan Sardjito – jembatan Amarta) 10 titik, dan zona selatan (jembatan Amarta – jembatan Juminahan) 9 titik. Selanjutnya dilakukan analisa tipologi perubahan fungsi lahan terbuka/permukiman menjadi fungsi lain yang dianalisa dalam tiga tahap (2003, 2010, 2013), dengan beberapa sampling pada tiga zona tersebut. Tipologi perubahan fungsi lahan mempengaruhi perubahan bentuk bangunan dari Blok Tunggal menjadi blok sebagai Tepi atau Blok Medan maupun sebaliknya. Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini adalah prinsip pengembangan kawasan dengan perubahan fungsi lahan harus berwawasan lingkungan dan humanis dengan permukiman yang sudah ada, karena berpengaruh pada masalah konservasi air, oleh karena itu perlunya legalitas perencanaan dan pembangunan fasilitas, agar tidak merusak kelestarian lingkungan serta memiliki harmoni dengan karakter lingkungan yang ada.

Kata kunci : Tipologi, Permukiman, Bangunan Komersial

Penulis: Hestin Mulyandari.Program Studi Arsitektur, Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY). Jl. Ringroad Utara, Jombor, Sleman, Yogyakarta 55285, email: hestin_jl@yahoo.com

preview/ download

OPTIMALISASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BANGKONG KOTA SEMARANG


Posisi kota Semarang ditinjau dalam skala nasional maupun regional sangat strategis akan menimbulkan dampak pertumbuhan lalu lintas yang bersifat lokal maupun menerus yang cukup besar. Pertumbuhan lalu lintas yang cukup besar menghasilkan arus lalu lintas yang harus dikaji terus menerus sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Arus lalu lintas yang cukup besar tanpa disertai pengaturan pola lalu lintas yang sesuai akan menyebabkan tundaan yang cukup lama dan antrian yang cukup panjang. Pola arus lalu lintas suatu ruas jalan dapat kita lihat dari pola pengaturan simpang yang berada pada ruas tersebut. Parameter yang diteliti meliputi jumlah kendaraan yang keluar dari masing-masing lengan, kondisi saat ini dan waktu sinyalnya. Analisis ini meliputi : arus jenuh dasar, arus lalu lintas, waktu siklus, waktu hijau, kapasitas, derajat kejenuhan dan perilaku lalu lintas. Nilai kapasitas simpang untuk waktu puncak pagi di Simpang Bangkong memiliki nilai sebesar 2171 smp/jam untuk pendekat timur arah pergerakan lurus. Dari nilai derajat kejenuhan pada masing-masing pendekat yang sebagian besar memiliki nilai > 0,800; terutama pada waktu pagi untuk arah timur ke barat dan waktu sore untuk arah barat ke timur. Pada waktu puncak pagi tundaan rata-rata simpang yang terjadi sebesar 96,10 detik/smp. Pada waktu puncak siang dengan tundaan simpang rata-rata sebesar 137,52 detik/smp. Pada waktu puncak sore dengan tundaan rata-rata simpang sebesar 111,77 detik/smp.

Kata kunci : Evaluasi, Optimalisasi, Simpang, Bangkong

Penulis: Eko Nugroho Julianto.Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

preview/download

SINERGI PENGGUNAAN CALCIUM STEARATE DAN FLY ASH DALAM BETON UNTUK MENAHAN TEKANAN AIR


Struktur beton bertulang yang terletak di daerah korosif dan menahan tekanan air sangat rawan terhadap serangan korosi. Tekanan air yang masuk ke dalam beton melalui kapiler yang terbentuk pada saat proses pengerasan beton hanya bisa dikurangi dengan memperkecil diameter mikro kapiler. Peningkatan sudut kontak antara air dan permukaan beton juga mampu menurunkan infiltrasi air ke dalam beton. Fly ash merupakan material yang mempunyai butir yang lebih kecil dari semen. Setelah fly ash bereaksi dengan semen dan air diameter mikro kapiler yang terbentuk menjadi lebih kecil. Calcium stearate yang digunakan sebagai campuran dalam beton membuat permukaan beton menjadi lebih bersifat hydrophobic. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh calcium stearate dan fly ash yaitu uji kuat tekan, absorbsi dan penetrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan calcium stearate dan fly ash secara bersama-sama di dalam beton mampu menurunkan nilai absorbsi dan penetrasi. 
 
Kata kunci : Daerah Korosif, Mikro Kapiler, Sudut Kontak, Absorbsi, Penetrasi.

Penulis: Agus Maryoto. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED). Jl. Mayjen Soengkono Km 5 Blater, Purbalingga, Telp / Fax : (0281) 6596700.Email : agus_maryoto1971@yahoo.co.id
 

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH PEMBAKARAN AMPAS TEBU PADA PAVING TERHADAP JENIS SEMEN PPC DAN PCC


Limbah pembakaran ampas tebu adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu yang terbuat dari ampas tebu yang dibakar sebagai bahan bakar dalam proses pemanasan nira tebu. Limbah pembakaran tersebut kemudian diendapkan dalam air, hasil endapan inilah yang dinamakan limbah pembakaran ampas tebu. Pemanfaatannya digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan paving. Tujuan penelitian untuk mencari kuat tekan dan besarnya penyerapan air pada paving. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen. Benda uji yang digunakan berupa paving block dengan ukuran tebal 6 cm, lebar 10 cm dan panjang 20 cm yang dibuat dari pasir muntilan, semen jenis PPC dan PCC serta limbah pembakaran ampas tebu dari PTPN IX PG Rendeng Kudus. Variasi benda uji dengan subtitusi Limbah pembakaran ampas tebu terhadap volume pasir sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%, masing-masing perilaku berjumlah 5 benda uji dari tipe semen PPC dan PCC. FAS yang digunakan sebesar 0,2. Hasil uji kuat tekan paving dengan tipe semen PPC dengan penambahan limbah ampas tebu sebesar 0%, 10% 20%, 30% dan 40% pada umur 28 hari berturut-turut sebesar 184,76 Kg/cm2; 164,46 Kg/cm2; 149,23 Kg/cm2; 118,78 Kg/cm2; dan 101,52 Kg/cm2, dan hasil uji penyerapan air paving berturut-turut sebesar 6,35%; 8,57%; 9,41%; 10,21%; dan 10,33%. Sedangka hasil uji kuat tekan paving dengan tipe semen PCC dengan penambahan limbah ampas tebu sebesar 0%, 10% 20%, 30% dan 40% pada umur 28 hari berturut-turut sebesar 173,60kg/cm2; 162,43kg/cm2; 150,25 kg/cm2; 139,08 kg/cm2; 108,62kg/cm2, dan hasil uji penyerapan air bertutut-turut sebesar 7,90%; 8,93 %; 9,36%; 10,75%. Jadi SPAT yang diambil dari PTPN IX PG Rendeng Kudus, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi dalam proses pembuatan paving dengan semen jenis PPC dan PCC karena tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil ujinya.

Kata kunci : Limbah Pembakaran Ampas Tebu, Kuat Tekan Paving, Serapan Air

Penulis: Endah Kanti Pangestuti. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102
 

SUSUTAN MUKA AIR TANAH PADA LAHAN GAMBUT NON PASANG SURUT AKIBAT PENAMBAHAN SALURAN SUB TERSIER


Penggunaan saluran sub tersier adalah upaya memangkas waktu pengatusan lahan dengan memotong jarak tempuh aliran bawah permukaan pada lahan gambut yang tidak tergenangi pasang surut. Metode pengambilan data dilakukan dengan mengukur tinggi muka air di saluran dan tinggi muka air di lahan. Untuk mensimulasikan saluran sub tersier digunakan saluran di tengah lahan dengan kedalaman 60 cm diatas muka air saluran tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan saluran sub tersier memberikan respon positif terhadap pengatusan lahan. Efektivitas tertinggi pengatusan dengan menggunakan saluran sub tersier terjadi sampai 3 hari setelah hujan, sehingga penggunaan saluran sub tersier sangat sesuai untuk tanaman yang rentan terhadap air tanah yang tinggi dalam kurun 3 hari berturut-turut. Sedangkan untuk tanaman yang dapat bertahan pada muka air tinggi sampai 7 hari berturut-turut, penggunaan saluran sub tersier menjadi kurang efektif.

Keyword : gambut, air, subtersier

Penulis: Danang Gunanto . Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Pontinak Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat 78124. Email: dananggunarto@yahoo.co.id

preview/download

PERSEPSI RISIKO PENGEMBANG PERUMAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsipengembang dan pelaksana terhadap probabilitas dan dampak risiko pengembangan perumahan serta respon terhadap risiko yang terjadi pada usaha pengembang perumahan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap 30 responden pengembang dan30 responden pelaksana pada proyek pembangunan perumahan di Kabupaten Banyumas.Analisis dilakukan berdasarkan nilai rata-rata, matriks probabilitas-dampak risiko. Uji Anava (F-test) untuk menguji ada tidaknya perbedaan antara kelompok responden pengembang dan pelaksana. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah: risiko yang mempunyai probabilitas tinggi dan dampak tinggi adalah risiko keuangan serta risiko penjualan, risiko yang jarang terjadi dan mempunyai dampak rendah adalah risiko legalitas dan risiko politik, risiko yang sering terjadi namun mempunyai dampak rendah adalah risiko teknis dan risiko manajemen, risiko yang jarang terjadi namun mempunyai dampak tinggi adalah risiko alam. Risiko penjualan direspon dengan pengendalian melalui peningkatan pemasaran, promosi serta pemilihan lokasi yang tepat. Risiko teknis dan manajemen direspon dengan pengendalian melalui klausul kontrak, mekanisme kontrol dan standar kerja. Risiko legalitas direspon dengan penghindaran risiko melalui ceck dokumen legalitas. Risiko politik direspon dengan penghindaran risiko melalui negosiasi dan sosialisasi. Risiko alam yaitu iklim dan cuaca direspon dengan pengendalian melalui perencanaan, sedangkan bencana alam merupakan risiko murni direspon dengan pengalihan risiko alokasi pihak ketiga seperti asuransi. Risiko keuangan seperti kenaikan harga-harga direspon dengan penerimaan risiko melalui revisi harga penjualan.

Kata Kunci: probabilitas, dampak, risiko, pengembang perumahan

Penulis: Basuki Partamihardja, Staff Pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto, J.. Raya Beji Karangsalam Purwokerto, Email: basuki.uwk@gmail.com

STUDI PERBANDINGAN GAYA GESER DASAR SEISMIK BERDASARKAN SNI-03-1726-2002 DAN SNI-03-1726-2012 STUDI KASUS STRUKTUR GEDUNG GRAND EDGE SEMARANG


Struktur bangunan gedung Grand Edge Hotel dan Mallyang berlokasi di kota Semarang, direncanakan sebagai suatu struktur gedung beton bertulang yang terdiri dari 13 lapis lantai. Struktur pemikul beban terdiri dari Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus. Pada tahap awal desain, struktur direncanakan terhadap beban gempa sesuai dengan SNI 03-1726-2002 (Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung), yang didasarkan pada gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Seiring dengan ditetapkannya SNI 03-1726-2012 (Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung) yang didasarkan pada gempa rencana periode ulang 2500 tahun, maka perhitungan gaya gempa harus didesain ulang. Studi ini bertujuan untuk melakukan perbandingan antara kedua tata cara tersebut ditinjau dari perubahan gaya geser dasar seismik serta pemeriksaan terhadap kinerja struktur gedung ditinjau dari simpangan antar lantai yang terjadi.Hasil analisis dinamis yang diperoleh menggunakan program ETABS v.9.0.0 menunjukkan terjadi peningkatan gaya geser dasar seismiksebesar 107 %, dalam arah X maupun dalam arah Y. Sedangkan hasil analisis statik ekivalen SNI 2012 menghasilkan gaya geser dasar seismik yang 2,5 kali lebih besar daripada hasil SNI 2002. Ditinjau dari syarat simpangan antar lantai, struktur gedung tersebut tidak melebihi ketentuan, baik menurut SNI 2002 maupun SNI 2012.

Kata Kunci : beban gempa, gaya dalam, gaya geser dasar seismik, periode ulang

Penulis: Agustinus Agus Setiawan,Universitas Pembangunan Jaya, Tangerang-Banten,Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7 Bintaro Jaya – Tangerang Selatan 15224Email : agustinus@upj.ac.id

preview/download