PESAN JURNAL KLIK SINI
....................................................................................................................................

Jumat, 29 November 2013

KAJIAN RUANG TERBUKA TERHADAP INTERAKSI ANTAR PENGHUNI DI PERUMAHAN TEPI KOTA SEMARANG


Abstrak : Riset ini memiliki tujuan untuk: menemukan pola perencanaan ruang terbuka perumahan di urban fringe area, mengkaji dampak keberadaan ruang terbuka perumahan terhadap kehidupan sosial penghuninya dan menemukan faktor-faktor pendukung peran ruang terbuka terhadap lingkungan perumahan. Peneliti menggunakan pendekatan rasionalistik yang menuntut sifat holistik, obyek diteliti tanpa dilepaskan dari konteksnya. Rasionalistik bertolak dari konstruksi teori, “grand concept” yang mungkin sudah merupakan “grand theory”. Desain penelitian rasionalistik yang bertolak dari kerangka teori, dibangun dari pemaknaan hasil penelitian terdahulu, teori-teori yang dikenal dan buah pikiran para pakar. Pola perencanaan ruang terbuka di perumahan urban fringe area (daerah pinggir kota) pada umumnya adalah: (1) terletak di tengah area perumahan dan menjadi pusat orientasi bangunan-bangunan (rumah) yang ada di sekelilingnya, sehingga organisasi ruang yang terbentuk adalah organisasi memusat; (2) merupakan bagian dari jaringan jalan utama perumahan; (3) mempunyai bentuk geometris persegi maupun segitiga; (4) bentuk geometris persegi umumnya berfungsi sebagai lapangan olah raga (ruang terbuka berbentuk geometris persegi) dan sebagai ruang terbuka hijau (ruang terbuka berbentuk segitiga); (5) perlakuan terhadap kondisi topografi berkontur dengan pernyesuaian lereng dan perataan lahan menggunakan metode cut and fill. 

Kata Kunci : ruang terbuka, perumahan, pola, sosial

Abstract: Target that wish reached in this research are: to find the planning pattern of housing open spaces in urban fringe area, to study the impacts of open space to social living; and to find the functional factors of open space toward the housing environment.The researcher applied a rationalistic approach which the objects are not detached from the context. Rationalistic based on grand concept that may be as grand theory. The design of rationalistic approach built from the results of previous research, the contextual theories and the expert’s minds.The results of this research: First, the planning pattern of housing open spaces are: (1) located at the centre of site and became the orientation of the houses where placed around it; (2) a part of housing main street; (3) formed in a geometrical pattern (rectangular or triangular pattern); (4) the rectangular pattern used as a playground and the triangular pattern used as a green open space; (5) used cut and fill method to manage the topographical condition. 

Keywords: open space, housing, pattern, social

Penulis:
Arie Taveriyanto dan Teguh Prihanto 
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

BATA BETON BERLUBANG DARI ABU BATUBARA (FLY ASH DAN BOTTOM ASH) YANG RAMAH LINGKUNGAN


Abstrak: Abu batubara (fly ash dan bottom ash) merupakan limbah yang dihasilkan oleh industri yang menggunakan bahan bakar batubara sebagai sumber energi. Pada saat ini industri tekstil di Kota Pekalongan telah menggunakan bahan bakar batubara. Limbah pembakaran batubara bila tidak ditangani dengan serius berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah pembakaran batubara dalam pembuatan bata beton berlobang. Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen pembuatan mortar kubus 5 cm x 5 cm x 5 cm dan bata beton berlobang 10 cm x 19 cm x 39 cm. Komposisi campuran mortar kubus 1 PC : 8 agregat (pasir+abu batubara) dengan persentase agregat sebanyak 4 variasi. Persentase agregat dengan kekuatan tekan tertinggi digunakan dalam pembuatan bata beton berlobang. Pengujian kekuatan tekan pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari dengan ulangan sebanyak 5 kali. Hasil pengujian menunjukkan bahwa bata beton berlobang dengan persentase agregat 20 % pasir + 60 % bottom ash + 20 % fly ash mempunyai kekuatan tekan sebesar 24,15 kg/cm2 termasuk kedalam mutu IV dan dapat digunakan untuk dinding non struktural. Uji Total Characteristic Leaching Procedure (TCLP) memperlihatkan bahwa bata beton berlobang yang menggunakan fly ash dan bottom ash yang tergolong limbah B3 mempunyai nilai uji dibawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kata kunci: Fly ash, bottom ash, bata beton berlobang, uji TCLP, baku mutu

Abstract: Coal ash (fly ash and bottom ash) is the waste produced by industries that use coal as a fuel source energy. Currently, the textile industry in Pekalongan city has been using coal fuel. Coal combustion waste if not dealt with seriously will be caused of environmental problems. These problems can be overcome by utilizing coal combustion waste in the manufacture of hollow block. This research uses experimental methods of making cube mortar 5 cm x 5 cm x 5 cm and hollow block 10 cm x 19 cm x 39 cm. Composition of the mix used to cube mortar 1 PC : 8 aggregate (sand + coal ash) with aggregate percentage of 4 variations. The aggregate percentages with optimum compressive strength used to manufacture of hollow block. The compressive strength tested on age 7, 14, 21 and 28 days with repetition as much as 5 times. Testing outcomes showed that hollow block manufacture with aggregate percentages in 20 % sand + 60 % bottom ash + 20 % fly ash has compressive strength 24.15 kg/cm2 and included to IV quality and its product may be utilized for non-structural wall. TCLP test showed that hollow block using fly ash and bottom ash are classified as B3 waste has a test value below the quality standards of established by the government. 

Keywords: Fly ash, bottom ash, hollow block, TCLP, quality standards 

Penulis:
Nurul Aini Sulistyowati
Puslitbang Permukiman Balitbang PU Jalan Panyawungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung. Email: nurulaini657@yahoo.co.id

KAJIAN SPASIAL DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG BERDASARKAN RPJMD TAHUN 2010 – 2015


Abstrak: Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan kota, Pemerintah Kota Semarang memiliki rencana-rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010-2015. RPJMD adalah salah satu dokumen yang berisi kebijakan Pemerintah Kota selama kurun waktu 5 tahun yang disesuaikan dengan masa jabatan Walikota Semarang. Namun ada kalanya setiap kebijakan juga dibarengi dengan penyimpangan atau penyesuaian di lapangan, baik secara teknis, ekonomis maupun politis. Unsur fisik yang sering kali mengalami penyimpangan fungsi adalah pola perubahan spasial (lahan), terutama Kawasan Pinggiran Kota Semarang, di antaranya adalah wilayah Kecamatan Ngaliyan dan Tembalang. Kedua wilayah ini mengalami perkembangan dinamis dalam pemanfaatan dan perubahan fungsi spasial, pergerakan moda, perkembangan perdagangan serta perekonomian. Di wilayah Kecamatan Ngaliyan mengalami perubahan spasial yang membentuk pola perubahan konsentris spasial karena adanya akses utama, yakni berupa jalan kelas 1 yang menghubungkan atau memotong komunitas daerah pinggiran kota (urban fringe). Sedangkan wilayah Kecamatan Tembalang mengalami perubahan spasial yang membentuk pola perubahan dispersi spasial karena adanya pembagian spasial secara merata dari suatu kelompok komunitas urban fringe, sebagai dampak dibangunya jalan-jalan penghubung (jalan lingkungan).

Kata Kunci: spasial, kawasan pinggiran kota, RPJMD

Abstract : Semarang has a geostrategic position because they are on the path of economic traffic island of Java , and is a development corridor in Central Java . In the implementation of the management and development of the city , Semarang City Government has strategic plans set out in the Medium Term Development Plan (RPJMD ) Year 2010-2015 . RPJMD is one document that contains the Municipal Government policy during a period of 5 years , adjusted to the tenure of the Mayor of Semarang . But there are times when each policy was accompanied by deviations or adjustments in the field , both technically , economically and politically . Physical elements that are often experienced deviation function is the spatial pattern of change ( land ) , especially Suburbs Semarang , among which are the sub Ngaliyan and Tembalang . The second area is experiencing dynamic growth and change in the use of spatial functions , modes of movement , trade and economic development . In the District Ngaliyan spatial changes that form concentric spatial pattern changes because of the main access , which is a class 1 road connecting or cutting suburban communities ( urban fringe ) . While the District Tembalang spatial changes that shape the spatial dispersion pattern changes due to the uneven spatial distribution of a group of urban fringe communities , as dibangunya impact of feeder roads ( the environment ) .

Keywords : spatial , suburban areas , RPJMD

Penulis:
Teguh Prihanto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

STUDI TENTANG PEMANFAATAN PASIR SEMPADAN PANTAI UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOCK


Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan pasir Sempadan Pantai Kebumen sebagai bahan campuran pembuatan paving block. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan pasir pantai dan untuk mengurangi penambangan di sungai Luk Ulo yang mengakibatkan erosi. Pembuatan paving block belum optimal dari sisi kualitas,karena masih dibuat dalam skala kecil sebagai produk home industri. Kekuatan paving block akan diuji pada beberapa paving yang dibuat dengan metode pemadatan penuh, pemadatanbertahap, serta digetarkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sampel yang dipakai adalah dengan cara mengambil pasir didaerah sempadan pantai. Dalam penelitian ini paving block yang diteliti adalah dimensi panjang 20 cm, lebar 10 cm, dan tebal 6 cm. Pembuatan paving block dilakukan CV. Dynamis yang berada di Kabupaten Kebumen. Pada proses pembuatannya menggunakan mesin Press Hidrolis adukan 1: 5 dan fas 0,5 serta varisai campuran pasir sempadan pantai dan pasir sungai adalah 0%: 100%, 5% : 95%, 10% : 90%, 15%:85%, 16 % : 84%, 20% : 80%, 25% : 75% dan 50 % :50%. Hasil pengujian kuat tekan terbaik yang dilakukan pada umur 28 hari setelah pembuatan paving adalah pada komposisi campuran 25% : 75 % (pasir sempadan pantai : pasir sungai Luk Ulo) sebesar 29,6 Mpa. Kemudian pengujian serapan air minimum ( terbaik ) didapat pada komposisi 25% : 75% sebesar 5,75% dari berat paving. Berdasarkan penelitian paving block yang memiliki nilai ekonomis yang dapat dipasarkan adalah pada komposisi 50 % pasir sempadan pantai karena biaya produksi sama dengan harga pasaran dan memiliki keunggulan pada kuat tekan, yaitu 10,8% lebih kuat dari paving dengan pasir sungai. paving dengan komposisi ini memiliki kuat tekan 22,6 Mpa dan masuk pada mutu B berdasarkan standar SNI-03-0691-1996 yang dapat digunakan sebagai pelataran parkir.

Kata kunci : Paving Block, Kuat Tekan, Serapan air

Abstract : This study was conducted to utilize sand beach Border Kebumen as a mixture of paving blocks. It aims to maximize utilization and to reduce beach sand mining in river Luk Ulo which causes erosion. Block paving is not optimal in terms of quality , because it is still made ​​in small scale as the home products industry. The strength of paving blocks will be tested on some paving made ​​with full compaction method , pemadatanbertahap , and shake . The method used in this study is experimental research . The sample used is by taking sand beaches border area . In this research, paving block dimensions studied were 20 cm long , 10 cm wide and 6 cm thick . CV block paving done . Dynamis is located in Kebumen . In the manufacturing process uses machines Press Hydraulic mortar 1 : 5 and 0.5 and varisai fas mixture of sand and river sand coastal border is 0 % : 100 % , 5 % : 95 % , 10 % : 90 % , 15 % : 85 % , 16 % : 84 % , 20 % : 80 % , 25 % : 75 % and 50 % : 50 % . The results of compressive strength tests performed best at 28 days after paving is the composition of a mixture of 25 % : 75 % ( sand sloping beach : sand river Luk Ulo ) of 29.6 MPa . Then test the water absorption minimum ( best ) 25 % obtained in the composition : 75 % of 5.75 % of the weight of the paving . Based on the research of paving blocks that have economic value that can be marketed is the composition of 50 % sand beaches border because the cost of production is equal to the market price and has the advantage of a strong press , which is 10.8 % stronger than paving with river sand . paving with this composition has a compressive strength of 22.6 MPa and entered on quality based on ISO standard B -03- 0691-1996 which can be used as a parking lot .

Keywords : Paving Block, Compressive Strength, Water Absorption

Penulis:
Tugino
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

UNJUK KERJA PELAYANAN JARINGAN AIR BERSIH DI PERUMAHAN GRIYA SEKAR GADING RT 05 RW 03 KELURAHAN KALISEGORO, KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG


Abstrak: Sistem jaringan air bersih dibuat untuk memenuhi kebutuhan air bersih suatu kota atau komunitas dan untuk Kota Semarang, pengelolaan air bersih dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja layanan jaringan air bersih yang dikelola oleh PDAM dengan cara menganalisis unjuk kerja layanan jaringan terhadap kemampuan jaringan dalam memenuhi kebutuhan minimum pelanggan dari sisi debit air. Berdasarkan hasil analisis debit dari pencatatan meter air diketahui bahwa tingkat keandalan sekitar 63,33% dengan lamanya sistem berada dalam kondisi gagal sekitar 4,16 bulan dengan tingkat kegagalan yang bervariasi antara 1,59% sampai dengan 27,78% defisit. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah pelayanan jaringan air bersih oleh PDAM di Perum Sekar Gading Semarang sesuai dengan waktu penelitian belum memenuhi harapan.

Kata Kunci: keandalan, jaringan, air bersih

Abstract: Water distribution system is made to fullfil the need of water in a city or community and the management of water service in Semarang City carried out by Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). The aim of this study is to evaluate the performance of water distribution ability in providing the minimum customers service covering at water flow. Based on the result of water meter record flow analysis, it was found that the reliability level is 63,64%, where the system was in failed condition for 4,63 months. The failure level varies ranging from 1,59% to 27,78% deficit. From this study, it can be concluded that the service of water distribution of PDAM in Sekar Gading Area within te period of this study was still not satisfactory.

Keywords: performance, network, clean water.

Penulis:
Sucipto dan Diharto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN SERAT SABUT KELAPA


Abstrak: Beton memiliki kelemahan pada kuat tarik dan sifat getasnya rendah (mudah putus) sehingga dalam perencanaan kapasitas tampang beton daerah tarik tidak diperhitungkan. Kelemahan beton dapat diperbaiki dengan menambah serat yang memiliki tujuan menulangi beton dengan serat secara uniform. Serat yang dipakai adalah serat sabut kelapa panjang 8 cm pada komposisi 0%,1%,1.33%,2% dan 4% dari volume beton. Perubahan mekanis beton diperoleh dari uji silinder beton dan balok beton lentur murni berukuran 15 cm x 20 cm x 110 cm pada komposisi optimum serat terhadap beton. Hasil penelitian menunjukkan dengan penambahan serat menyebabkan kapasitas tekan silinder beton secara signifikan naik sebesar 5,583% demikian juga kuat tarik beton naik rata-rata sebesar 5,225%. Sifat daktailitas beton meningkat secara signifikan sedangkan modulus elastisitas beton secara signifikan menurun, kapasitas lentur balok lentur murni dipakai komposisi optimum 1% serat terhadap volume beton dengan penyebaran 0.25 h dan 0.5 h diperoleh hasil yang paling baik dengan peningkatan rata-rata sebesar 6,65%..

Kata kunci: Balok lentur, Beton serat sabut kelapa

Abstract: Concrete has a weakness in its tensile strength and easily broken so that the concrete cross-sectional area of ​​capacity planning appeal is not taken into account. The weakness of concrete can be improved by increasing the fiber that has a purpose as concrete reinforcement fibers uniformly. The fiber used is coco fiber length of 8 cm in the composition of 0%, 1%, 1:33%, 2% and 4% of the volume of concrete. Mechanical changes of concrete obtained from concrete test cylinders and pure bending concrete beams measuring 15 cm x 20 cm x 110 cm at the optimum composition of the fiber to the concrete. The results showed the addition of fiber causes the concrete cylinder press capacity was significantly increased by 5.583% as well as the tensile strength of concrete rose by an average of 5.225%. Ductility properties of concrete increased significantly while the modulus of elasticity of concrete is significantly decreased, the bending capacity of the beam used pure bending optimum composition of 1% of the volume of concrete with fiber deployment 12:25 h and 0.5 h obtained the best results with an average increase of 6.65%.

Key words: Beam bending, concrete coir fiber

Penulis:
Henry Apriyatno
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ROVING PADA MORTAR


Abstrak : Mortar atau spesi adalah bahan bangunan yang terbuat dari air, bahan perekat (lumpur, kapur, semen portland), agregat halus (pasir alami, pecahan tembok). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat roving terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan kuat rekat. Komposisi campuran mortar tanpa kapur adalah 1 semen (PC) : 8 Pasir (Ps) dengan tambahan serat roving (SR) masing-masing: 0SR ; 0,1 SR ; 0,2 SR ; 0,3 SR ; 0,4 SR. Komposisi campuran mortar dengan kapur adalah 0,5 Pc : 0,5 Kp : 8 Ps dengan tambahan serat roving masing-masing 0SR ; 0,1 SR ; 0,2 SR ; 0,3 SR ; 0,4 SR. Pengujian yang dilakukan adalah kelecakan, kuat tekan, kuat tarik, dan kuat rekat mortar. Pengujian kuat tekan menggunakan benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 50 x 50 x 50 mm, untuk pengujian kuat tarik mengunakan benda uji berbentuk seperti angka delapan dengan ukuran 75 x 50 dengan sisi tengah 25 mm, dan untuk kuat rekat dengan benda uji batu bata yang disusun tegak lurus. Hasil penelitian untuk mortar tanpa kapur menunjukkan uji sebar sebesar 95% – 103,5% dengan nilai fas yang dihasilkan antara 0,6 – 0,75 nilai kuat tekan tertinggi pada perbandingan 1 Pc : 0SR : 8 Ps yaitu sebesar 55,558 kg/cm2, nilai kuat tekan terkecil terjadi pada perbandingan campuran 1 Pc : 0,4 SR : 8 Ps yaitu sebesar 26,952 kg/cm2, nilai kuat tarik tertinggi pada perbandingan 1 Pc : 0,2 SR : 8 Ps yaitu sebesar 13,774 kg/cm2, nilai kuat tarik terkecil pada perbandingan campuran 1 Pc : 0,4 SR : 8 Ps yaitu sebesar 7,048 kg/cm2, , sedangkan untuk mortar kapur menunjukkan uji sebar sebesar 95% – 103,70% dengan nilai fas yang dihasilkan antara 1,1 – 1,2, nilai kuat tekan tertinggi diperoleh pada perbandingan 0,5 Pc : 0,5 Kp : 0SR : 8 Ps yaitu sebesar 38,748 kg/cm2, nilai kuat tekan terkecil terjadi pada perbandingan campuran 0,5 Pc : 0,5 Kp : 0,4 SR : 8 Ps yaitu sebesar 17,709 kg/cm2, nilai kuat tarik tertinggi pada perbandingan 0,5 Pc : 0,5 Kp : 0,2 SR : 8 Ps yaitu sebesar 8,019 kg/cm2, nilai kuat tarik terkecil terjadi pada perbandingan campuran 0,5 Pc : 0,5 Kp : 0,4 SR : 8 Ps yaitu sebesar 2,471 kg/cm2, nilai kuat rekat tertinggi diperoleh pada perbandingan 0,5 Pc : 0,5 Kp : 0 SR : 8 Ps yaitu sebesar 0,190 kg/cm2, nilai kuat rekat terkecil terjadi pada perbandingan campuran 1 Pc : 0,4 SR : 8 Ps yaitu sebesar 0,096 kg/cm2.

Kata kunci : mortar, kelecakan, kuat tekan, kuat tarik, kuat rekat.

Abstract: Mortar is a building material that made ​​of water, adhesive materials ( mud, lime, portland cement ), fine aggregate ( natural sand, pieces of the wall ). This study was conducted to determine the effect of fiber rovings to compressive strength, tensile strength, and strong “rakat”. Composition without lime mortar mix is 1 cement ( PC ) : 8 Sand ( Ps ) with the addition of fiber rovings ( SR ), respectively : 0SR, 0.1 SR, 0.2 SR, 0.3 SR, 0.4 SR. Composition of the mixture with lime mortar is 0.5 Pc : 0.5 Kp : 8 Ps with additional fiber rovings each 0SR, 0.1 SR, 0.2 SR, 0.3 SR, 0.4 SR. Tests performed is workability, compressive strength, tensile strength, and a strong adhesive mortar. Compressive strength testing using a cube -shaped specimen with a size of 50 x 50 x 50 mm, for tensile strength testing using the test object shaped like a figure eight with a size of 75 x 50 with the middle 25 mm, and strong adhesion to the brick specimens were prepared perpendicular. The results for the mortar without lime scatterplot shows the test by 95 % - 103.5 % with fas value generated between 0.6 to 0.75 the highest compressive strength values ​​at a ratio of 1 Pc : 0SR : 8 Ps is equal to 55.558 kg/cm2 , smallest value of compressive strength occurs at a mixture ratio of 1 Pc : 0.4 SR : 8 Ps is equal to 26.952 kg/cm2, the highest tensile strength values ​​at a ratio of 1 Pc : 0.2 SR : 8 Ps is equal to 13.774 kg/cm2, strong values the smallest drop in mixing ratio 1 Pc : 0.4 SR : 8 Ps is equal to 7.048 kg/cm2, while for lime mortar scatterplot shows the test by 95 % - 103.70 % with fas value generated between 1.1 to 1 , 2 , the highest compressive strength values ​​obtained in 0.5 ratio of Pc : 0.5 Kp : 0SR : 8 Ps is equal to 38.748 kg/cm2 , the smallest value of compressive strength occurs at a mixture ratio of 0.5 Pc : 0.5 Kp : 0, 4 SR : 8 Ps is equal to 17.709 kg/cm2, the highest tensile strength values ​​in comparison Pc 0.5 : 0.5 Kp : 0.2 SR : 8 Ps is equal to 8.019 kg/cm2 , the smallest value of tensile strength occurs at a mixture ratio 0.5 Pc : 0.5 Kp : 0.4 SR : 8 Ps is equal to 2.471 kg/cm2 , the highest adhesion strength value obtained in 0.5 ratio of Pc : 0.5 Kp : 0 SR : 8 Ps is equal to 0.190 kg / cm2 , the value of the smallest strong adhesion occurs at a mixture ratio of 1 Pc : 0.4 SR : 8 Ps is equal to 0.096 kg/cm2.

Keywords: mortar, workability, compressive strength, tensile strength, strong adhesion

Penulis:
Hery Suroso 1) dan Danar Sandi Kusuma 2)
1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102
Karyasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang

STRUCTURE DESIGN OF PARKING BUILDING SUNTER PARK VIEW APARTMENT WITH THE EQUIVALENT STATIC ANALYSIS METHOD


Abstract: Parking building (Tower C), Project Sunter Park View Apartment is a public facility that serves as a parking garage. This building consists of 4 floors including the roof plate with a typical floor plan for each level. Floor to floor elevation is 3 meters height, so the total height of the building reach 9 meters height (less than 40 meters height). Review Design Parking building structure (Tower C) Project Title: "Structure Design Of Parking Building Sunter Park View Apartment With The Equivalent Static Analysis Method” , wherein the influence of earthquakes on structures analyzed by Equivalent Static method based on the Standard Provisions Design for Earthquake Resistance of Building Structures (SNI 03-1726-2002). Structural components of buildings designed by Special Moment Frame System Bearers (SRPMK) based on Procedure for Calculation of Concrete Structure for Buildings (SNI 03-2847-2002).

Key words: Design, Parking Building Sunter Park View Apartment, Equivalent Static Analysis Method, Special Moment Frame Structure bearers (SRPMK)

Penulis:
Bambang Wuritno
Lecturer Civil Engineering Study Program, Engineering Faculty
The University of 17 Agustus 1945 Semarang

SANITASI EKOLOGIS PADA IPAL SANIMAS SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS DALAM MENDUKUNG KEGIATAN SOSIAL PADA RUANG PUBLIK DI KAMPUNG JOYOTAKAN SURAKARTA


Abstrak: Pada masa sekarang ini, kondisi utilitas lingkungan di perkampungan perkotaan yang padat dan kumuh sangat buruk. Kampung Joyotakan merupakan kampung perkotaan yang padat dan kumuh, memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Untuk memenuhi kebutuhan buang air besar masyarakat biasanya menggunakan sarana WC umum yang terletak di pinggir kampung, di selokan dan sungai yang dekat dengan lokasi tersebut. Sarana MCK sangat sederhana dan tidak dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah yang layak dapat mencemari air tanah dan sungai. Saat ini Kampung Joyotakan telah menggunakan SANIMAS (sanitasi berbasis masyarakat) sebagai lokasi percontohan pengelolaan sanitasi lingkungan yang buruk. Pembangunan MCK yang dilengkapi IPAL menjadi solusi untuk penanganan sanitasi buruk di Kampung Joyotakan. Lokasi MCK berada di ruang publik yang keseharian digunakan sebagai area sosial masyarakat. Berdasarkan kondisi ini, maka perlu dikaji sistim sanitasi yang diterapkan pada IPAL Sanimas dan kemanfaatan apa saja yang diperoleh masyarakat. Metode penelitian dengan cara observasi lapangan untuk: (1) pencarian data gambar dan data tekstual; dan (2) melakukan identifikasi sistim sanitasi pada IPAL SANIMAS. Penelitian ini bertujuan untuk verifikasi data sehingga analisis menggunakan metode komparasi data berupa konsep sanitasi ekologis dan sanitasi pada IPAL SANIMAS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IPAL SANIMAS di Kampung Joyotakan mampu mengatasi masalah sanitasi lingkungan yang buruk dengan cara: (1) membuat saluran pembuangan dari MCK secara terpisah antara grey water dan black water; (2) pembuangan limbah dari kloset (black water) diolah dengan biodigester yang menghasilkan gas metan sebagai bahan bakar memasak untuk membantu kegiatan sosial seperti Idul Adha; (3) limpahan air dari biodigester dan limbah grey water disalurkan ke bak settler, baffle reaktor dan anaerobik filter yang kemudian disalurkan ke sungai.

Kata kunci: sanitasi ekologis, IPAL, SANIMAS

Abstract: At the present time, the condition of the utility in dense urban settlements and slums is very poor. Kampung Joyotakan a dense urban villages and slums, has a poor environmental sanitation. The needs of excretion, the people use a public toilets are located at the edge of village, in a ditch and the river close the site. A communal bathing, wasing and toilet block facilities (locally known as MCK-mandi, cuci, kakus) is very simple and not equipped with adequate sewage treatment systems that can contaminate groundwater and river. Currently, Kampung Joyotakan has used Sanimas (community based sanitation) as pilot sites to poor environmental sanitation management. Contruction of communal bathing, wasing and toilet block facilities are equipped with the wastewater treatment plant to be the solution for the management poor sanitaion in Kampung Joyotakan. Location MCK at the public area are used sosial activity for everyday. Based this conditions, it is necessary to study sanitation systems is applied to the wastewater treatment plant and any benefits for communities. Research method by means observations to search image and textual data and to identify the sanitation systems of Sanimas wastewater treatment plant. The aim research is to data verifivication and comparative methode of data analysis in the form of the concept of ecological sanitatuon and sanitaion systems at the Sanimas wastewater treatment plant. The results of this study indicate that Sanimas wastewater treatment plant in Kampung Joyotakan able to overcome the problem of poor enviromenatl sanitation through: (1) made of sanitary sewerage separately between grey water and black water, (2) the disposal of wastewater from toilets threated with biodigester that produces methane as a fuel for cooking in public area to help social events such as Iedul Adha, (3) an overflow of wastewater form biodigester and grey water flows into settler plant, baffle reactor and anaerobic filter are flows into the river.

Key words: eco sanitation (ecosan), wastewater treatment plant, sanimas

Penulis
Ronim Azizah , Agung Nugroho
Progdi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417

STUDI TENTANG KENYAMANAN PEJALAN KAKI TERHADAP PEMANFATAAN TROTOAR DI JALAN PROTOKOL KOTA SEMARANG


Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi yang menunjang rasa kenyamanan, kemudahan serta keselamatan (keamanan) penggunaan jalur trotoar oleh para pejalan kaki di dalam Kota Semarang, khususnya di Jalan Pandanaran Semarang.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik dokumentasi, angket atau kuesioner, dan teknik wawancara (interview). Adapun populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah orang-orang (para pengguna jalur trotoar) yang melintas atau menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di sepanjang Jalan Pandanaran Semarang. Analisa uji coba yang digunakan adalah teknik analisa yang digunakan untuk mengukur validitas item yakni dipakai rumus korelasi product moment dan rumus Alpha Cronbach.
Harga rxy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan harga r pada tabel product moment dengan α = 5%. Soal dikatakan valid apabila harga rxy > r tabel, maka item angket dianggap valid. Untuk menguji reliabelitas angket penelitian, maka peneliti menggunakan teknik analisa alpha. Dari hasil perhitungan uji coba instrumen penelitian, diperoleh harga reliabilitas butir atau r11 = 0,844 dengan N = 20, sedangkan r tabel = 0,444 pada taraf signifikasi 5 %. Karena r11> r tabel (0,844 > 0,444), maka butir soal tersebut dinyatakan reliabel.

Kata kunci: Kenyamanan, Pejalan Kaki, Trotoar

Abstract: The purpose of this study is to determine how the conditions that support a sense of comfort, convenience and safety (security) track usage by pedestrian walkways in the city, especially in Pandanaran road on Semarang. Data collection methods used in this study is through documentation techniques, questionnaire or questionnaires, and interview techniques (interview). The population is taken in this study is the people (the users of the sidewalk lines) crossing or traveling on foot along Pandanaran road on Semarang. Analysis of test used is an analytical technique used to measure the validity of the items used product moment correlation formula and Alpha Cronbach formula. Rxy prices obtained from the calculation in consultation with the price on the chart product moment r with α = 5%. About as valid if the price rxy> r table, then the item is considered valid questionnaires. To test reliabelitas questionnaire study, the researchers used alpha analysis techniques. From the calculation results trials research instrument, the price obtained reliability grain or R11 = 0.844 with N = 20, while the table r = 0.444 at 5% significance level. Because R11> r table (0.844> 0.444), then the items are declared reliable.

Key words: Leisure, Pedestrian, Sidewalk

Penulis:
Aris Widodo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

Minggu, 02 Juni 2013

PERANCANGAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KORIDOR HIJAU KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG



Abstrak: Sebagai Kampus Konservasi, Universitas Negeri Semarang (Unnes) akan menerapkan kebijakan transportasi internal yaitu pergerakan pengguna dengan berjalan kaki atau bersepeda menuju gedung kampus. Fasilitas pejalan kaki ini dipandang masih belum memenuhi aspek kelayakan dan kenyamanan, terutama di koridor kawasan kampus timur. Tujuan penelitian adalah mengkaji faktor kenyamanan pengguna dan menemukan alternatif konsep perancangan fasilitas koridor hijau di kawasan kampus timur. Variabel penelitian meliputi aspek: fungsional, aksesibel, kenyamanan dan estetika. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Pedestrian yang ada masih belum mencapai standar fungsional, baik kenyamanan maupun keamanan pengguna. Hal ini dapat dilihat pada: saluran terbuka yang berada tepat di sisi tepi pedestrian, penutup lubang saluran di bawah pedestrian yang terbuka, penyempitan pedestrian oleh prasaraana lain dan pohon dan banyak area pedestrian yang tidak ternaungi oleh vegetasi peneduh.

Kata kunci: koridor hijau, pejalan kaki, pedestrian.

Abstract: Universitas Negeri Semarang (Unnes) as The Conservation University will implements the policies of internal transportation which guide movement of users by walking or cycling into campus buildings. Pedestrian facilities is seen fulfills the eligibility and comfort, espescially in the east corridor of campus area. The research objective is to assess the user’s convenience factor and find some alternative facility design concepts of green corridor. Tha variables of study include several aspects: functional, accessible, comfortable and aesthetics. The results showed the the exixting pedestrian still not up to functional standards, both the comfort and safety of users. These can be seen in: open channel which is located on the edge of the pedestrian, cover drain holes at the bottom of an open pedestrian, narrowing pedestrian by other infastructures and trees and lots of pedestrian areas those are not shaded by vegetation shading.

Keywords: green corridors, walker, pedestrians

Penulis : Teguh Prihanto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, email: rihants@gmail.com

preview/download

OPTIMALISASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BANGKONG KOTA SEMARANG



Abstrak: Posisi kota Semarang ditinjau dalam skala nasional maupun regional sangat strategis akan menimbulkan dampak pertumbuhan lalu lintas yang bersifat lokal maupun menerus yang cukup besar. Pertumbuhan lalu lintas yang cukup besar menghasilkan arus lalu lintas yang harus dikaji terus menerus sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Arus lalu lintas yang cukup besar tanpa disertai pengaturan pola lalu lintas yang sesuai akan menyebabkan tundaan yang cukup lama dan antrian yang cukup panjang. Pola arus lalu lintas suatu ruas jalan dapat kita lihat dari pola pengaturan simpang yang berada pada ruas tersebut. Parameter yang diteliti meliputi jumlah kendaraan yang keluar dari masing-masing lengan, kondisi saat ini dan waktu sinyalnya. Analisis ini meliputi : arus jenuh dasar, arus lalu lintas, waktu siklus, waktu hijau, kapasitas, derajat kejenuhan dan perilaku lalu lintas. Nilai kapasitas simpang untuk waktu puncak pagi di Simpang Bangkong memiliki nilai sebesar 2171 smp/jam untuk pendekat timur arah pergerakan lurus. Dari nilai derajat kejenuhan pada masing-masing pendekat yang sebagian besar memiliki nilai > 0,800; terutama pada waktu pagi untuk arah timur ke barat dan waktu sore untuk arah barat ke timur. Pada waktu puncak pagi tundaan rata-rata simpang yang terjadi sebesar 42,80 detik/smp. Pada waktu puncak siang dengan tundaan simpang rata-rata sebesar 55,10 detik/smp. Pada waktu puncak sore dengan tundaan rata-rata simpang sebesar 45,47 detik/smp.

Kata kunci : evaluasi, optimalisasi, simpang, Bangkong
Abstract: The position of the city of Semarang reviewed in national and regional strategic growth will have an impact that is local traffic as well as being large enough. Growth substantial traffic generating traffic flow should be assessed continuously so as not to cause a negative impact. Traffic flow is large enough without setting the appropriate traffic pattern would cause long delays and queues were quite long. Traffic patterns of a road we can see from the pattern setting which is at the intersection of the segment. The parameters studied include the number of vehicles coming out of each arm, current conditions and time of the signal. This analysis includes: basic saturation flow, traffic flow, cycle time, green time, capacity, degree of saturation and traffic behavior. Rated capacity of the intersection for the morning peak period in Simpang Kuhl has a value of 2171 pcu/hour to approach the direction of the straight east. Of the value of the degree of saturation at each approach that most had values> 0.800; especially in the morning to the east to the west and the evening to the west to the east. In the morning peak period the average intersection delay that occurred at 42.80 seconds/pcu. At peak times during the intersection delay by an average of 55.10 seconds/pcu. In the afternoon peak period with an average intersection delay of 45.47 seconds/pcu.

Keywords: evaluation, optimization, intersection, Bangkong 

Penulis : Eko Nugroho Julianto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102 E-mail: en.julianto@gmail.com 

PEMANFAATAN SISA PEMBAKARAN AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PROSES PEMBUATAN PAVING


Abstrak: Sisa pembakaran ampas tebu adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Sisa pembakaran ampas tebu terbuat dari ampas tebu yang dibakar sebagai bahan bakar dalam proses pemanasan nira tebu. Sisa pembakaran tersebut kemudian diendapkan dalam air, hasil endapan inilah yang dinamakan sisa pembakaran ampas tebu (SPAT). Pemanfaatan SPAT masih belum maksimal, sehingga dilakukan penelitian dengan pemanfaatan SPAT sebagai bahan pengisi dalam pembuatan paving. Tujuan penelitian untuk mencari kuat tekan dan besarnya penyerapan air paving dari penambahan SPAT. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen. Benda uji yang digunakan berupa paving block dengan ukuran tebal 6 cm, lebar 10 cm dan panjang 20 cm yang dibuat dari pasir muntilan, semen jenis PPC dan SPAT dari PTPN IX PG Rendeng Kudus. Variasi benda uji dengan subtitusi SPAT terhadap volume pasir sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%, masing-masing perilaku berjumlah 5 benda uji. FAS yang digunakan sebesar 0,2. Hasil uji kuat tekan dengan subtitusi SPAT sebesar 0%, 10% 20%, 30% dan 40% pada umur 28 hari berturut-turut sebesar 184,76 Kg/cm2; 164,46 Kg/cm2; 149,23 Kg/cm2; 118,78 Kg/cm2; dan 101,52 Kg/cm2, pada umur 60 hari sebesar 218,26 Kg/cm2; 198,97 Kg/cm2; 177,66 Kg/cm2; 140,09 Kg/cm2; dan 120,81 Kg/cm2 dan pada umur 90 hari sebesar 220,29 Kg/cm2; 203,04 Kg/cm2; 183,74 Kg/cm2; 145,17 Kg/cm2; dan 127,91 Kg/cm2. Hasil uji penyerapan air paving berturut-turut sebesar 6,35%; 8,57%; 9,41%; 10,21%; dan 10,33%. Jadi SPAT yang diambil dari PTPN IX PG Rendeng Kudus, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi dalam proses pembuatan paving dengan semen jenis PPC meskipun kekuatanya menurun.

Kata kunci :Sisa Pembakaran Ampas Tebu, Kuat Tekan Paving, Serapan Air

Abstract: Time combustion of bagasse is a by-product of cane sugar manufacturing process. The combustion of bagasse are made from bagasse is burned as a fuel in heating process sugar cane. Combustion is then precipitated in water, precipitated this is called bagasse combustion (SPAT). SPAT utilization is not maximized, so that the research done by the use of SPAT as a filler in the manufacture of paving. The purpose of research to find the magnitude of the compressive strength and water absorption of paving the addition of SPAT. Research methods using experimental methods.Specimens used in the form of block paving with size 6 cm thick, 10 cm wide and 20 cm long made from Muntilan sand, cement and PPC types of PTPN IX SPAT Holy Rendeng PG. Variations in the specimen with the volume of sand SPAT substitution of 0%, 10%, 20%, 30%, and 40%, respectively amounting to 5 specimen behavior. FAS is used by 0.2. Compressive strength test results with SPAT substitution of 0%, 10% 20%, 30% and 40% at 28 days, respectively for 184.76 Kg/cm2; 164.46 Kg/cm2; 149.23 Kg/cm2;Kg/cm2 118.78, and 101.52 Kg/cm2, at the age of 60 days was 218.26 Kg/cm2; 198.97 Kg/cm2; 177.66 Kg/cm2; 140.09 Kg/cm2, and 120 , 81 Kg/cm2 and at the age of 90 days was 220.29 Kg/cm2; 203.04 Kg/cm2; 183.74 Kg/cm2; Kg/cm2 145.17, and 127.91 Kg/cm2. Paving water absorption test results in a row by 6.35%, 8.57%, 9.41%, 10.21% and 10.33%. So SPAT are taken from the Holy Rendeng PG PTPN IX, can be used as a filler in the manufacture of cement type paving with PPC though kekuatanya decreased.

Keywords: Time Burning Cane Dregs, Paving Compressive Strength, Water Absorption

Penulis : Endah Kanti Pangestuti
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E, Kampus Sekaran Semarang 50229, Telp. (024) 8508102. E-mail: endahkp@gmail.com


preview/download

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Abstrak : Di akhir tahun 2009, Tim Pengembang Konservasi mengadakan rapat kerja yang salah satunya berkenaan dengan konsep sepeda kampus. Hasilnya adalah program pengutamaan sepeda dan pejalan kaki, sebagai bagian dari Kerangkakerja Sistem Transportasi Hijau Internal. Pada Tanggal 20 Maret 2010 di deklarasikan kampus konservasi. Pada tahun yang sama, Unnes mendapatkan hibah 1000 sepeda dari program Corporate Social Responsibility pihak ke 3. Dari survei cordon line tertutup, dicatat setidaknya ada 3000 sepeda motor berada di dalam kampus Sekaran pada saat yang sama.Berdasarkan survei yang lain, survei berjenjang berbatas, sudah tumbuh minat warga unnes untuk bersepeda dan berjalankaki di lingkungan kampus sekaran unnes, dan di sisi lain, pengelola unnes sedang berusaha keras untuk memenuhi permintaan ini.Tulisan ini berusaha fokus pada fakta-fakta yang didapat dari hasil survei dari 2010-2012, dan memberi rekomendasi berdasar fakta-fakta tersebut.

Kata kunci : Transportasi, perilaku pengguna, sepeda, sepeda bermotor, waktu, ruang

Abstract: In late 2009, Conservation Development Team held a working meeting that one of them is related to the concept of campus bike. The result is a program of prioritizing bicycles and pedestrians, as part of Green Transport System Internal Framework. On March 20, 2010 Date of declared conservation campus. In the same year, in 1000 the bike Unnes get grants from the Corporate Social Responsibility 3rd party. From the cordon line survey closed, recorded at least 3,000 motorcycles were on campus at the time sama.Berdasarkan Sekaran other surveys, boundary surveys tiered, has been growing interest in citizen UNNES for cycling and berjalankaki on campus have now UNNES, and on the other , UNNES managers are trying hard to meet the demand ini.Tulisan is trying to focus on the facts obtained from the results of the 2010-2012 survey, and make recommendations based on those facts.

Keywords: Transportation, user behavior, bicycles, motor bikes, time, space

Penulis : Alfa Narendra
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Telp (024) 8508102. E-mail: alfanarendra@gmail.com

preview/download

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI UNTUK PENGENDALIAN LONGSORAN PERMUKAAN PADA LERENG JALAN DITINJAU DARI ASPEK RESPON PERTUMBUHAN AKAR


Abstrak: Aplikasi sistem vetiver dalam upaya pengendalian longsoran permukaan nampaknya masih membutuhkan studi lebih lanjut. Hal ini mengingat sistem komposit akar perkuatan tanah merupakan material biologis yang kompleks sehingga stabilitas lereng akan sulit diprediksi. Untuk itu, upaya aplikasi sistem vetiver pada tanah timbunan yang dipadatkan seperti yang telah dilakukan di beberapa ruas jalan lingkar Ambarawa perlu diteliti respon pertumbuhan akarnya. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju penetrasi akar, dan kondisi ini berimplikasi pada tidak berkontribusnya serat akar pada peningkatan kuat geser tanah karena serat akar belum memotong bidang gelincir pada longsoran permukaan. Pada media tanam berupa tanah lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah, pada umur tanaman 90 hari, akar tanaman rumput akar wangi mampu menembus lapisan tanah merah yang dipadatkan dengan berat volume kering tanah (gd) berkisar 1,28 - 1,34 gr/cm3 dan setebal 16,8 cm. Pada dasar pot terjadi pengumpulan akar akibat akar tidak dapat menembus penutup peralon (dop). Panjang akar dapat mencapai rata-rata 29,69 cm dan diameter akar 0,40 mm. Hal ini menunjukkan bahwa akar wangi mampu berkembang baik pada lereng jalan di jalan lingkar Ambarawa yang jenis tanahnya lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah. Keeratan hubungan antar variabel seperti berat volume kering tanah (gd), jumlah akar, panjang akar dan diameter akar sebagai respon dari pertumbuan akar adalah semakin banyak rata-rata jumlah akar akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Semakin tinggi berat volume kering tanah (gd) akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Selain itu, hubungan panjang dan diameter akar menunjukkan kemiripan pola sebaran untuk tingkat kepadatan yang relatif sama.

Kata kunci : sistem vetiver, longsoran permukaan, penetrasi akar

Abstract: Vetiver system applications in surface soil erosion control measures still seems to require further study. This is because the root of the composite system of land cultivation is a complex biological material so that the stability of the slope would be difficult to predict. To that end, efforts vetiver system application in compacted soil embankment as it has done in several ring roads Ambarawa root growth response need to be investigated. Dense soil structure will inhibit root penetration, and this has implications on fiber berkontribusnya no roots on soil shear strength due to increased root fibers not cut plane skidded on the surface of the avalanche. d) ranged from 1.28 - 1.34 gr/cm3 and 16.8 cm thick. At the bottom of the pot occurs due to the collection of roots can not penetrate the roots peralon covers (hubcaps). Length of roots may reach an average of 29.69 cm and a diameter of 0.40 mm root. This shows that Vetiver is able to thrive on the slope in a roundabout way Ambarawa the silt soil type kelempungan coarse grained reddish brown or red soil is often called.gOn soil planting medium coarse grained silt kelempungan reddish brown or red soil that is often referred to, in the age of the plant 90 days, vetiver grass plant roots to penetrate compacted soil layers red with a dry weight of soil volume ( d) would be possible greater average root diameter. In addition, the length and diameter of root relationships showed similarities to the distribution pattern of the same relative density.g d), number of roots, root length and root diameter in response to a growing number of pertumbuan root is the average number of roots will be possible greater average root diameter. The higher the volume of dry soil weight (gThe relationship between variables such as the volume of dry soil weight


Keywords: vetiver system, avalanche surface, root penetration

Penulis : Hanggoro Tri Cahyo Andiyarto dan Mego Purnomo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102


PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA TARAKAN


Abstrak: Laju perkembangan ekonomi perkotaan yang semakin pesat membuat intensitas kegiatan perkotaan meningkatkan dan pemanfaatan lahan yang semakin kompetitif. Kondisi tersebut terjadi pula pada kawasan pesisir pantai di Kota Tarakan yang berakibat pada tumbuhnya permukiman kumuh kota. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Lingkas Ujung Kota Tarakan beserta kerawanan kebarakan permukiman dan rencana penanganannya. Metode pendekatan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif-evaluatif, dengan metode pemobobotan tingkat kekumuhan dan kebakaran. Hasil yang didapatkan yaitu 1) Permukiman di Kelurahan Lingkas Ujung berupa perkampungan di atas air dengan mayoritas struktur bangunan non permanen dan kumuh. 2) Wilayah dengan kategori kumuh memiliki kecenderungan rawan kebakaran, hal ini dipengaruhi oleh faktor kepadatan bangunan dan struktur bangunan. Rukun Tetangga (RT) dengan kategori paling kumuh berada di RT 6 dan 11, sedangkan RT lainnya termasuk kategori kumuh sedang. RT yang tidak tergolong kumuh adalah RT 1. Tingkat kerawanan kebakaran di Kelurahan Lingkas Ujung dipengaruhi oleh kepadatan bangunan, aksesibilitas, struktur bangunan dan sumber air. RT yang termasuk sangat rawan kebakaran adalah RT 2, 3, 8, 14, 16, dan 18. 3) Penataan kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu jangka pendek untuk permasalahan kebakaran, persampahan dan sanitasi, sedangkan rencana jangka panjang dengan peremajaan kawasan.

Kata Kunci : bahaya kebakaran, penataan permukiman, permukiman kumuh.

Abstract: The rate of urban economic development is rapidly increasing making increasing intensity of urban activities and land use are increasingly competitive. The condition also occurred in coastal areas in the city of Tarakan which resulted in the growth of urban slums. The purpose of this study is to identify the characteristics of slums in Sub End Lingkas Tarakan City kebarakan settlements and their vulnerability and plan treatment. Method research approach using descriptive-evaluative method, the method pemobobotan level of squalor and fire. The results obtained are 1) Settlement in the Village Edge Lingkas a village on water with a majority of non-permanent structures and slums. 2) The area to the category of fire-prone slums have a tendency, it is influenced by the density of buildings and structures. Neighborhood (RT) to the category of most slum located in RT 6 and 11, while the other belongs to the category RT seedy looking. RT is not classified as slum is RT 1. Flammability level in Sub End Lingkas influenced by the density of buildings, accessibility, building structures and water sources. RT which included highly prone to fire is RT 2, 3, 8, 14, 16, and 18. 3) Setup the slum areas is done by two approaches, namely short-term problems of fire, garbage and sanitation, while the long-term plan to rejuvenate the area.

Keywords: fire hazard, the arrangement of settlements, slums.
Penulis :Evans Oktaviansyah
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – telp. (0341) 567886; fax. (0341) 551430 E-mail: w2000kt@yahoo.com 

PENGARUH PENGGUNAAN POTONGAN KAWAT BENDRAT PADA CAMPURAN BETON DENGAN KONSENTRASI SERAT PANJANG 4 CM BERAT SEMEN 350 KG/M3 DAN FAS 0,5


Abstrak: Beton merupakan bahan konstruksi yang mampu menahan kuat tekan dengan baik namun untuk menahan kuat tarik, bahan ini diras kurang begitu sempurna. Untuk mengatasi hal itu maka diberikan tambahan potongan kawat bendrat dengan panjang 4 cm pada campuran beton. Penambahan kawat ini sebagai serat (fiber) yang diharapkan mampu meningkatkan kuat tarik belah, kuat tekan dan modulus elastisitas dari beton. Dari hasil pengujian didapatkan adanya peningkatan kuat tarik belah, kuat tekan dan modulus elastisitas. Pada kuat tarik belah didapatkan peningkatan sebesar 39,931% yang tercapai pada konsentrasi serat sebesar ± 5%. Pada kuat tekan didapatkan kenaikan sebesar 31,648% pada konsentrasi ± 7,5% dan pada modulus elastisitas didapatkan hasil sebesar 25670 Mpa pada konsentrasi serat ±7,5%. Dengan demikian penggunaan kawat bendrat dapat meningkatkan kekuatan pada beton.

Kata kunci: Pengaruh penggunaan, Potongan Kawat bendrat.

Abstract: Concrete is a construction material that can withstand compressive strength well but to withstand tensile strength, these materials diras less perfect. To overcome this, it is given an additional piece of wire with a length of 4 cm bendrat the concrete mix. The addition of this wire as a fiber (fiber) is expected to increase the tensile strength sides, compressive strength and modulus of elasticity of concrete. From the test results obtained an increase in split tensile strength, compressive strength and modulus of elasticity. In tensile sides obtained an increase of 39.931% was achieved at a concentration of ± 5% fiber. In the compressive strength obtained an increase of 31.648% at a concentration of ± 7.5% and the modulus of elasticity of 25 670 MPa results obtained at a concentration of 7.5% ± fibers. Thus the use of wire bendrat can increase the strength of the concrete.

Keywords: Effect of use, Pieces Wire bendrat.
Penulis : Aris Widodo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229. Email: ariswidodo71@yahoo.co.id

ANALISA GRADASI AGREGAT CAMPURAN PASIR PANTAI DAN PASIR LOKAL SEBAGAI BAHAN BETON KEDAP AIR DAN BETON NORMAL


Abstrak: Penggunaan Pasir Pantai sebagai bahan beton belum banyak dilakukan di Indonesia, untuk itu perlu penelitian lebih lanjut. Permasalahannya adalah bagaimanakah sifat-sifat material, karakteristik agregat campuran dan karakteristik agregat sebagai bahan beton kedap air dan beton normal. Jenis penelitian eksperimen. Variabelnya adalah perbandingan Pasir Pantai, Pasir Lokal dan kerikil. Metode pengumpulan data menggunakan metode pengukuran atau tes pada rancangan eksperimen. Metode analisis dengan cara pengolahan data hasil pengujian. Dari hasil penelitian, sifat-sifat material semua agregat aman dipakai sebagai bahan beton. Karakteristik Pasir Pantai butirannya terlalu halus, Pasir Lokal berbutir agak kasar dan kerikil Pudak Payung butir agregatnya maksimal 20mm. Untuk beton normal, diperoleh perbandingan campuran Pasir Pantai Tegal, Kali Gung dan Kerikil Pudak Payung 10%:30%:60%. Pasir Pantai Pemalang, Kali Gung dan Kerikil Pudak Payung 10%:30%:60%, Pasir Pantai Batang, Kaliboyo dan Kerikil Pudak Payung 10%:15%:70%. Pasir Pantai Jepara,Muntilan dan Kerikil Pudak Payung 7%:26%:67%. Pasir Pantai Rembang, Cepu dan Kerikil Pudak payung tidak diperoleh perbandingan yang masuk ke dalam standar. Untuk beton kedap air dengan asumsi berat beton 2300 kg, fas 0,4, 10% Pasir Pantai Tegal:20%Kali Gung:70%Kerikil Pudak Payung berat semen minimal 206,72kg, 10% Pasir Pantai Pemalang:30% Kali Gung:60%Kerikil Pudak Payung 219,67kg, 1% Pasir Pantai Batang:30% Kaliboyo:69% Kerikil Pudak Payung 202,14kg, 7% Pasir Pantai Jepara:26%Muntilan:67% Kerikil Pudak Payung 235,38kg, 10% Pasir Pantai Rembang:20% Cepu:70% Kerikil Pudak Payung 176,81kg. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pasir pantai dapat digunakan sebagai bahan beton normal dan beton kedap air, namun gradasinya perlu diuji secara berulang agar didapatkan gradasi yang masuk kedalam batas yang sudah ditetapkan.

Kata Kunci : Gradasi Agregat Campuran, Pasir Pantai, Pasir Lokal.

Abstract: The use of beach sand as concrete material has not been done in Indonesia, it is necessary to further research. The problem is how the material properties, characteristics of the mix aggregate and aggregate characteristics as a watertight concrete and normal concrete. Types of experimental studies. Variable is the ratio of Sand Beach, Local Sand and gravel. Methods of data collection using the method of measurement or test the experimental design. Methods of analysis by means of data processing test results.


From the research, all the material properties used as a safe aggregate concrete. Characteristics of beach sand grains are refined, somewhat coarse grained Local Sand and gravel aggregate grain Pudak Umbrella maximum 20mm. For normal concrete, the comparison of mixed sand beach Tegal, Kali Gung and Gravel Pudak Umbrella 10%: 30%: 60%. Pemalang beach sand, and gravel Pudak Kali Gung Umbrella 10%: 30%: 60%, Sand Beach Rod, and the Pebbles Pudak Kaliboyo Umbrella 10%: 15%: 70%. Jepara beach sand, and gravel Pudak Muntilan Umbrella 7%: 26%: 67%. Apex beach sand, and gravel Pudak Cepu umbrella not the comparison that go into default. For concrete waterproof concrete assuming weight 2300 kg, fas 0.4, 10% sand beach Tegal: 20% Kali Gung: 70% Gravel Umbrellas Pudak 206.72 kg minimum weight of cement, 10% sand beach Pemalang: 30% Kali Gung: 60% Gravel umbrellas Pudak 219.67 kg, 1% Sand Beach Rod: 30% Kaliboyo: 69% Gravel umbrellas Pudak 202.14 kg, 7% Sand Beach Jepara: 26% Muntilan: 67% Gravel umbrellas Pudak 235.38 kg, 10% sand Apex Beach: 20% Cepu: 70% Gravel umbrellas Pudak 176.81 kg. From the results of the study concluded that beach sand can be used as normal concrete and concrete watertight, but gradation need to be tested repeatedly in order to obtain gradation into a predefined limit.

Keywords: Mixed Aggregate Gradation, Sand Beach, Sand Local.

Penulis : Hery Suroso
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229. e-mail: herysuroso@yahoo.com 


PERKERASAN CAMPURAN ASPAL BETON (AC- BASE) DENGAN MATERIAL LOKAL KUTAI KARTANEGARA


Abstrak : Bahan material di Kutai Kartanegara cukup besar dengan memiliki cadangan galian C yang diperkirakan 156.000.000 m3 pada disebagian wilayah Kutai Kartanegara dengan luas wilayah keseluruhan 27.263,10 km2, akan tetapi pemanfaatannya masih minim dan hanya terbatas sebagai bahan bangunan struktur ringan. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui sifat penggunaan material agregat pasir Tenggarong dan batu pecah Jembayan sebagai campuran AC-Base, terhadap karakteristik volumetrik dan karakteristik Marshall yang terdiri dari parameter – parameter kepadatan (Density), Voids in the Mineral Aggregate (VMA), Voids In The Mix (VITM), Voids Filled With Asphalt (VFWA), stabilitas (Stability), kelelehan (Flow), dan Marshall Quotient (MQ), dan mengetahui ketahanan kohesivitas campuran aspal dengan metode Indirect Tensile Strength (ITS) yang terkondisikan pada keadaan sebenarnya dan tidak dikondisikan, pada penelitian dibuat tiga macam variasi campuran untuk menentukan dan mengetahui kadar aspal optimum berdasarkan persentase agregat dan kadar aspal yang dipergunakan dengan parameter pengujian Marshall dan mengetahui nilai Indeks Perendaman (IP) atau kekuatan sisa serta nilai Indirect Tensile Strength (ITS). Hasil penelitian batu pecah Jembayan memberikan data sifat fisik keausan 26,0 %, kelekatan agregat terhadap aspal 97,0 %, berat jenis bulk 2,608, penyerapan 1,373 % dan pasir Tenggarong memberikan data sifat fisik sand equivalent 95,12 %, berat jenis bulk 2,552, dan penyerapan 1,133 %, dan hasil pengujian karakteristik Marshall diperoleh kadar aspal optimum dari setiap variasi campuran perkerasan sebesar 5,000 %, 4,700 %, dan 4,600 %, adapun nilai Indeks Perendaman dari setiap variasi sebesar 107,88 %, 116,43 %, dan 112,60 %, serta nilai Tensile Strength Ratio sebesar 99,19 %, 96,58 %, dan 94,52 dengan bahan pengisi Semen.

Kata kunci: Batu Pecah Jembayan, Pasir Tenggarong, AC-Base, stabilitas

Abstract : Kutai Kartanegara has quite large quarry of type C materials estimated about 156.000.000 m3. With total area of the region of only 27.263,10 km2, those materials are quite an amount. Unfortunately, the use of those materials is limited as lightweight structural materials. The purpose of this research is to determine the potency of Tenggarong sand aggregate and Jembayan crushed stone as composites in AC-Base mixture. This research is performed by using volumetric and Marshall characteristics which consist of density, Voids in the Mineral Aggregate (VMA), Voids In The Mix (VITM), Voids Filled With Asphalt (VFWA), stability, flow, and Marshall Quotient as parameters. To determine the resistance of asphalt mixtures cohesiveness, conditioned and unconditioned Indirect Tensile Strength is being used. Three mixture variations are being made to determine the optimum content of asphalt, the index value of immersion or residual strength and the value of Indirect Tensile Strength. Physical data which can be derived from Jembayan crushed stone’s experiments are 26,0 % for physical worn-out 97,0 % for viscosity of asphalt aggregate 2,608 % for specific gravity bulk, and 1,373 % for absorption. Mean while data from Tenggarong sand aggregate’s experiments are 95,12 % for sand equivalent 2,552 % for specific gravity bulk and 1,133 % for absorption. Based on Marshall Test, the optimum content of asphalt for each variation is 5,000 %, 4,700 %, and 4,600 %. The index value of immersion for each variation is 107,88 %, 116,43 % and 112,60 %, while the value of Tensile Strength Ratio as Cement filler are 99,19 %, 96,58 % and 94,52 %.

Keyword : Jembayan Crushed Stone, Tenggarong Sand, AC-Base, Stability
Penulis :Syahrul
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Jl. Ir H Juanda Samarinda. E-mail : syahrulsipil@rocketmail.com

TIPOLOGI RUMAH SUSUN DI KOTA YOGYAKARTA



Abstrak: Kota Yogyakarta tidak luput dari pemukiman kumuh. Rumah-rumah di sekitar bantaran Sungai Code saling berhumpitan. Dari sinilah mulai timbul cara memecahkan masalah tersebut, diantaranya adalah pembangunan rumah susun, yang diharapkan warga mempunyai tempat tinggal yang lebih layak sekaligus sebagai upaya penertiban kota. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tipologi terhadap tiga rusunawa di Kotamadya Yogyakarta, untuk dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan fisik, ketidaknyamanan pengguna rusunawa, sehingga akan menghasilkan beberapa rekomendasi sebagai pedoman perencanaan dan perancangan rumah susun yang baru nantinya. Penelitian dilakukan dengan kajian Evaluasi Purna Huni (EPH) dari segi physical control dan functional framenya. Analisa tipologi dari aspek Physical control yaitu (1) kontrol terhadap iklim, rata-rata rusunawa tidak memiliki tritisan yang memadai sehingga tampias hujan; (2) masalah sampah dan saluran air kotor yang mampet, menimbulkan bau menyengat; (3) penutup atap menggunakan genteng metal yang tidak berpasir sehingga panas di siang hari untuk yang tinggal di lantai teratas, dan apabila hujan terdengar suara keras dari air hujan. Analisa dari functional frame (1) rata-rata pola bangunan single loaded; (2) dalam satu rusun memiliki besaran unit yang sama; (3) ketinggian lantai untuk rusun Juminahan dan Jogoyudan 3 m, sedangkan rusun Cokrodirjan 2,8 m. Upaya menambah rusun yang baru untuk mewadahi masyarakat yang masih tinggal di tepi sungai Code yang masih rawan bahaya lahar dingin.

Kata kunci : Tipologi, rusunawa, physical control, functional frame 
Abstract: Yogyakarta city did not escape from the slums. Some ways of thinking to solve the problem, including the construction of flats, the residents are expected to have a more decent place to live as well as efforts to curb the city. This study aims to analyze the typology of the three flats in the Municipality of Yogyakarta, in order to know the advantages and disadvantages of physical, inconvenience users of flats, which will produce a number of recommendations to guide the planning and design of the new flats.Research carried out by using the Post Occupancy Evaluation (POE) in terms of physical control and functional frame.Physical aspects of the typology analysis of control: (1) control the climate, the average flats does not have adequate shading so it can not avoid the rain, (2) the problem of waste and storm sewers are clogged, causing a stench, (3) using tile metal roofing is not sandy so hot during the day for a stay on the top floor, and when the rain came a loud voice from the rain. Analysis of the functional frame (1) the average pattern of the building are single loaded, 2) in the towers have the same type, (3) the height of the floor for the towers Jogoyudan and Juminahan is 3 m, while the towers Cokrodirjan is 2.8 m. Efforts to add new towers to accommodate the people who still live on the banks of the river was still hazardous Code of cold lava.

Keywords : typology, flats, physical control, functional frame

Penulis : Hestin Mulyandari
Program Studi Arsitektur, Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)
Jl. Ringroad Utara, Jombor, Sleman, Yogyakarta 55285, email: hestin_jl@yahoo.com 
 

PEMBUATAN LAPISAN PELINDUNG (ARMOURING) SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK STABILITAS DASAR PERMUKAAN SUNGAI


Abstrak: Gradasi butir sedimen yang bergerak di dasar saluran atau sungai dengan berbagai variasi ukuran material menyebabkan terjadinya proses selective erosion selama proses aliran, yang memungkinkan terjadi perubahan struktur lapisan dasarnya. Terbentuknya lapisan armour secara alamiah dapat mempertahankan bentuk konfigurasi dasar sungai tersebut, namun bagaimana proses pembentukan lapisan armour, perubahan struktur lapisan penyusunnya serta kekasaran permukaannya menjadi sesuatu yang penting pada pencapaian tujuan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Hidraulika menggunakan perangkat utama sediment-recirculating flume terbuat dari plexiglass berdimensi lebar 0,60 m, panjang 10,00 m, tinggi 0,45 m serta kemiringan dasar yang dapat diatur hingga 3%. Flume ini dilengkapi dua pompa yang berkapasitas debit sampai dengan 150 l/dt. Material yang dipakai dicampur dengan komposisi 70% gravel, 30% pasir. Running dilakukan pada debit konstan, baik pada saat debit aliran low flow maupun hight flow, dan untuk setiap ranning terdapat 3 fase yaitu fase equilibrium, fase armour. Instrumen yang digunakan antara lain digital currentmeter, point gauge meter, sediment feeder, sediment trap, dan dibantu software surfer 8.0. Hasil penelitian tersebut dapat menggambarkan proses terjadinya armouring didasarkan pada kondisi aliran dan perilaku sedimen dasar bergerak, yang dinyatakan dengan adanya perubahan struktur lapisan dasar dan perubahan topografi permukaan dasar. Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya sedimen dasar yang bergerak pada struktur lapisan mengakibatkan terbentuknya lapisan armouring yang berpengaruh pada stabilitas dasar saluran dan aman terhadap bahaya erosi dan degradasi.

Kata kunci : armouring, degradasi, gradasi butir, eksperimen flume, stabilitas dasar

Abstract: Gradation of sediment grains moving at the bottom of the channel or river with a variety of material sizes lead to selective erosion processes during the flow process, which allows the basic layer structure changes. Formation of a layer of natural armor can maintain the shape of the basic configuration of the river, but how the process of forming a layer of armor, as well as changes in the structure of the constituent layers of the surface roughness to be something that is important to the achievement of this research. The research was conducted in the laboratory using the main Hydraulics of sediment-recirculating flume made ​​of plexiglass dimensionless width of 0.60 m, 10.00 m long, 0.45 m high and the slope of which can be set to 3%. Flume is equipped with two pumps that discharge capacity up to 150 l / sec. The material used is mixed with a composition of 70% gravel, 30% sand. Running is done on a constant discharge, either at the time of discharge flow and low flow hight flow, and for every ranning there are 3 phases which equilibrium, phase armor. Instruments used include digital currentmeter, point gauge meters, feeder sediment, sediment trap, and aided software surfer 8.0. These results we can describe the armouring process is based on the flow conditions and the behavior of moving sediment, which is expressed by a change in the structure of the base layer and the base surface topography changes. So it can be concluded that the presence of sediment moving layer structure resulted in the formation of armouring layers that affect the stability and safety of the base channel erosion and degradation.

Keywords: armouring, degradation, grain grading, flume experiments, the basic stability


Penulis: Cahyono Ikhsan

Fakultas Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta . Email: cahyono1970@yahoo.co.id 


preview/download

DISTRIBUSI KONSENTRASI DAN KECEPATAN GELEMBUNG UDARA PADA KONDISI PEMASUKAN UDARA ALAMIAH (SELF AIR ENTRAINMENT) DI SALURAN CURAM


Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah: (1) tersedianya hasil analisis distribusi gelembung udara di wilayah developing pada kondisi pemasukan udara alamiah (self air entrainment) di dasar saluran curam yang memiliki kemiringan 15° dan 20°; dan (2) tersedianya hasil analisis kecepatan gelembung udara di wilayah developing pada kondisi pemasukan udara alamiah (self air entrainment) di dasar saluran curam yang memiliki kemiringan 15° dan 20°. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan di Laboratorium Hidraulika JTSL FT-UGM. Pada penelitian ini digunakan saluran curam yang mempunyai panjang 10 m, lebar 0,2 m dengan kemiringan berubah-ubah mulai 15°, dan 20º, yang menyatu dengan dinding bak air. Penyaluran air ke dalam bak dilakukan dari tangki yang dikendalikan oleh katup. Debit adalah 0,209 m3/dt. Instrumen berupa V-Notch digunakan untuk mengkalibrasi hasil pengukuran debit. Hasil penelitian adalah: (1) persamaan distribusi konsentrasi gelembung udara pada debit Q=20,9 l/s serta kemiringan 15° 6,203 m dan 7,203 m di hilir inlet flum secara empirik adalah 3,134lnC+18,87 dan R2=0,955 serta z=4,121lnC+12,58 dan R2=0,935. Persamaan distribusi konsentrasi gelembung udara pada debit Q=20,9 l/s serta kemirngan 20° 6,203 m dan 7m 203 m di hilir inlet flum secara empirik adalah 3,749lnC+11,63 dan R2=0,878, serta z=5,376lnC+3,005 dan R2=0,909. Bentuk kurva distribusi konsentrasi gelembung udara adalah logaritmik (z fungsi C); (2) berdasarkan kurva perbandingan antara konsentrasi gelembung udara teoritik dengan eksperimen pada kemiringan 15 dan 20 derajat serta di 6,203 m dan 7,203 m di hilir inlet flum, nampak bahwa secara superposisi kurva eksperimen selalu lebih landai dibandingkan dengan kurva teoritik. Kecepatan gelembung udara lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan aliran. Makin besar luas gelembung udara dan makin besar sudut pergerakan gelembung udara cenderung makin rendah kecepatannya.

Kata kunci: konsentrasi dan kecepatan gelembung udara, pemasukan udara alamiah, saluran

curam 
Abstract: The purpose of this study was: (1) the availability of the results of analysis of the distribution of air bubbles in the region developing in conditions of natural air intake (self entrainment of water) at the base of a steep channel that has a slope of 15 ° and 20 °, and (2) the availability of the results of analysis of the speed of the air bubbles in the area of ​​developing the natural condition of the air intake (air entrainment self) at the base of a steep channel that has a slope of 15 ° and 20 °. This study used an experimental method is implemented in the Hydraulics Laboratory JTSL FT-UGM. Used in this study has a steep channel length of 10 m, width 0.2 m with a slope changing from 15 °, and 20 º, which is fused with the wall tubs. Channeling water into a tub made of tanks controlled by valves. Discharge is 0.209 m3/sec. A V-Notch instrument used to calibrate the results of discharge measurements. The results are: (1) the equation concentration distribution of air bubbles in the discharge Q = 20.9 l / s and a slope of 15 ° 6.203 m and 7.203 m in the downstream inlet empirically Flum is 3,134 +18.87 LNC and R2 = 0.955 and z LNC +12.58 = 4.121 and R2 = 0.935. Equation concentration distribution of air bubbles in the discharge of Q = 20.9 l / s and 20 ° kemirngan 7m 6.203 m and 203 m downstream of the inlet Flum empirically is 3,749 +11.63 LNC and R2 = 0.878, and z = 5.376 +3.005 Inc. and R2 = 0.909. Form of the distribution curve is logarithmic concentration of air bubbles (z function C), (2) based on the concentration curve comparisons between theoretical air bubbles with experiments on a slope of 15 and 20 degrees and at 6.203 m and 7.203 m in the downstream inlet Flum, it appears that the superposition of curves experiments always flatter than the theoretical curve. Velocity of air bubbles is lower than the flow velocity. The greater the air bubbles and the wide angle greater movement of air bubbles tend to the lower speed.

Keywords: concentration and velocity of air bubbles, air intake naturally, steep channel.
 
Penulis : Yeri Sutopo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102  

MEKANISME LONGSORAN LERENG PADA RUAS JALAN RAYA SEKARAN GUNUNGPATI SEMARANG


Abstrak: Penanggulangan longsoran lereng di ruas jalan Sekaran Gunungpati Semarang sebenarnya secara parsial sudah dilakukan dari setiap tahunnya, namun di setiap musim penghujan indikasi yang sama yakni rekahan pada permukaan jalan aspal yang menunjukkan arah gerakan massa tanah selalu saja muncul. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perkuatan lereng yang ada ikut bergerak bersama material longsoran karena bidang longsor berada di bawah perkuatan lerengnya. Untuk itu, guna menunjang efektivitas pemilihan desain perkuatan lereng, diperlukan pemahaman tentang mekanisme longsoran pada lokasi studi melalui serangkaian pengujian tanah dan analisis stabilitas lereng dengan metode elemen hingga (SSR-FEM). Berdasarkan hasil pengujian tanah di lapangan dengan uji sondir pada 2 (dua) lokasi studi Trangkil dan Deliksari Gunungpati, kedalaman tanah keras mencapai 12,00 – 26,00 meter. Bidang longsor berbentuk kurva planar dan gerakan massa tanah berupa translasi pada kedalaman 10,00-13,00 meter. Pada lokasi studi Trangkil Gunungpati, analisis stabilitas lereng menunjukkan pada saat kekuatan geser tanah di zona bidang longsor direduksi sebesar 20% dari kondisi semula, lereng mulai bergerak dengan nilai faktor aman (SF) stabilitas lereng 1,06. Kondisi awal sebelum kekuatan geser tanah direduksi, lereng masih dalam kondisi aman SF > 1,20 (= 1,23). Hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi studi yang lahannya masih berupa tegalan ini rentan terjadi gerakan massa tanah pada saat nilai kekuatan geser tanah pada zona bidang longsor terus tereduksi selama musim penghujan.

Kata kunci: gerakan massa tanah, bidang longsor, mekanisme longsoran 

Abstract: Countermeasures avalanche slopes on roads Sekaran Gunungpati Semarang actually partially been done of each year, but in every rainy season the same indication that the fracture in asphalt road surface indicating the direction of movement of the soil mass always appears. This suggests that the slope retrofitting existing systems also move along avalanche material for the field of avalanche slopes are under cultivation. Therefore, in order to support the effectiveness of the slope reinforcement design selection, required an understanding of the mechanisms of avalanches in the study area through a series of ground tests and slope stability analysis by finite element method (FEM-SSR). Based on the results of soil testing in the field with sondir test on two (2) locations Trangkil studies and Deliksari Gunungpati, hard soil depth reaches 12.00 to 26.00 meters. Field of curved planar landslides and mass movements in the form of translational ground at a depth of 10.00 to 13.00 meters. In the study area Trangkil Gunungpati, slope stability analysis indicates when the soil shear strength in the field of landslide zone is reduced by 20% from its original state, the slope begins to move to the value of safety factor (SF) 1.06 slope stability. Initial conditions before the shear strength of the soil is reduced, the slope was still safe SF > 1.20 (= 1,23). This suggests that the study area is still a moor land is susceptible to mass movement of land in the year when the soil shear strength in the field of landslide zone continued reduced during the rainy season.

Keywords: mass movement of soil, landslide areas, avalanche mechanism 

Penulis : Untoro Nugroho, Hanggoro Tri Cahyo A., dan Mego Purnomo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

preview/download

ANALISIS POLA PERMINTAAN SEPEDA KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan pola permintaan sepeda kampus mahasiswa Unnes dan sarana prasarana yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Dengan metode analisis diskriptif kuantitatif berdasarkan hasil pengolahan data angket/ kuesioner dan observasi lapangan, maka dapat ditemukan hubungan variabel terhadap pilihan transportasi mahasiswa yang membentuk pola permintaan serta sarana prasarana yang diinginkan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Cluster Sample.

Kata kunci : pola permintaan, mahasiswa, sarana prasarana

Abstract: The research aims to discover and describes the patterns of demand for student campus bike and infrastructure needed by the student in Unnes. By quantitative descriptive analysis method based on the data processing questionnaires and field observations, it can be found relation to the choice of variables that make up the student transportation demand patterns and the desired infrastructure. The sampling technique was conducted by Stratified Cluster Sample.

Keywords : patterns of demand, students, facilities

Penulis : Lulut Indriyaningrum, Alfa Narendra dan Arfitriyani
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

EVALUASI KEANDALAN BANGUNAN RUSUNAWA UNNES DITINJAU DARI PERSEPSI MAHASISWA YANG MENGHUNINYA


Abstrak: Latar belakang evaluasi pada bangunan Rusunawa Unnes didasari pada keinginan untuk mengetahui sejauh mana persepsi dari penghuni Rusunawa tentang Keandalan dari bangunan Rusunawa. Keandalan dari bangunan ini meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Aspek keselamatan meliputi: struktur bangunan gedung, kemampuan bangunan Rusunawa terhadap bahaya kebakaran dan kemampuan bangunan Rusunawa terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan. Aspek kesehatan meliputi: sistem penghawaan, sistem pencahayaan, sistem air bersih dan sanitasi, penggunaan bahan bangunan. Aspek kenyamanan meliputi: ruang gerak dalam bangunan gedung, kondisi udara dalam ruang, pandangan, tingkat getaran dan kebisingan. Aspek kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keandalan bangunan Rusunawa UNNES berdasarkan persepsi mahasiswa yang menghuni Rusunawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah persepsi mahasiswa penghuni, sedangkan variabel terikat adalah keandalan bangunan. Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif persentasi. Keandalan bangunan Rusunawa UNNES termasuk dalam kategori baik dengan persentasi sebesar 78,44%. Dengan hasil penelitian terhadap setiap aspek Keandalan bangunan sendiri adalah: (a) Aspek keselamatan = 75,56%; (b) Aspek kesehatan = 80,87%; (c) Aspek kenyamanan = 76,82%; (d) Aspek kemudahan = 77,71%.

Kata kunci : rusunawa, persepsi, keandalan

Abstract: The nature of this evaluation on building of Rusunawa (student flats) Unnes based on a desire to know the extent to which perceptions of the occupants of the building Rusunawa about Reliability of Rusunawa. The reliability of this building include requirements for safety, health, comfort, and convenience. Safety aspects include: building structure, building capacity of Rusunawa against fire and building capabilities of Rusunawa the dangers of lightning and electrical hazards. Health aspects include: ventilation systems, lighting systems, water supply systems and sanitation, use of building materials. Comfort aspects include: the space in the building, the condition of the air in the room, the view, the level of vibration and noise. Aspects include the ease of convenience to the relationship, from, and within the building. The research objective was to determine the reliability of building Rusunawa UNNES based on student perceptions that inhabit Rusunawa. This study uses descriptive quantitative approach. In this study there are two variables: the independent variable and the dependent variable. The independent variable is the students' perceptions of residents, while the dependent variable is the reliability of the building. Data analysis using descriptive analysis percentage. Reliability buildings Rusunawa UNNES included in both categories with a percentage of 78.44%. With the results of research on every aspect of the building itself is Reliability: (a) the safety aspect = 75.56%, (b) health aspect = 80.87%; (c) Aspects of comfort = 76.82%; (d) Aspects ease = 77.71%.

Keywords : rusunawa, perceptions, reliability

Penulis : Diharto dan Ristya Mulia Nugroho
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102