PESAN JURNAL KLIK SINI
....................................................................................................................................

Minggu, 02 Juni 2013

PERANCANGAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KORIDOR HIJAU KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG



Abstrak: Sebagai Kampus Konservasi, Universitas Negeri Semarang (Unnes) akan menerapkan kebijakan transportasi internal yaitu pergerakan pengguna dengan berjalan kaki atau bersepeda menuju gedung kampus. Fasilitas pejalan kaki ini dipandang masih belum memenuhi aspek kelayakan dan kenyamanan, terutama di koridor kawasan kampus timur. Tujuan penelitian adalah mengkaji faktor kenyamanan pengguna dan menemukan alternatif konsep perancangan fasilitas koridor hijau di kawasan kampus timur. Variabel penelitian meliputi aspek: fungsional, aksesibel, kenyamanan dan estetika. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Pedestrian yang ada masih belum mencapai standar fungsional, baik kenyamanan maupun keamanan pengguna. Hal ini dapat dilihat pada: saluran terbuka yang berada tepat di sisi tepi pedestrian, penutup lubang saluran di bawah pedestrian yang terbuka, penyempitan pedestrian oleh prasaraana lain dan pohon dan banyak area pedestrian yang tidak ternaungi oleh vegetasi peneduh.

Kata kunci: koridor hijau, pejalan kaki, pedestrian.

Abstract: Universitas Negeri Semarang (Unnes) as The Conservation University will implements the policies of internal transportation which guide movement of users by walking or cycling into campus buildings. Pedestrian facilities is seen fulfills the eligibility and comfort, espescially in the east corridor of campus area. The research objective is to assess the user’s convenience factor and find some alternative facility design concepts of green corridor. Tha variables of study include several aspects: functional, accessible, comfortable and aesthetics. The results showed the the exixting pedestrian still not up to functional standards, both the comfort and safety of users. These can be seen in: open channel which is located on the edge of the pedestrian, cover drain holes at the bottom of an open pedestrian, narrowing pedestrian by other infastructures and trees and lots of pedestrian areas those are not shaded by vegetation shading.

Keywords: green corridors, walker, pedestrians

Penulis : Teguh Prihanto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, email: rihants@gmail.com

preview/download

OPTIMALISASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BANGKONG KOTA SEMARANG



Abstrak: Posisi kota Semarang ditinjau dalam skala nasional maupun regional sangat strategis akan menimbulkan dampak pertumbuhan lalu lintas yang bersifat lokal maupun menerus yang cukup besar. Pertumbuhan lalu lintas yang cukup besar menghasilkan arus lalu lintas yang harus dikaji terus menerus sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Arus lalu lintas yang cukup besar tanpa disertai pengaturan pola lalu lintas yang sesuai akan menyebabkan tundaan yang cukup lama dan antrian yang cukup panjang. Pola arus lalu lintas suatu ruas jalan dapat kita lihat dari pola pengaturan simpang yang berada pada ruas tersebut. Parameter yang diteliti meliputi jumlah kendaraan yang keluar dari masing-masing lengan, kondisi saat ini dan waktu sinyalnya. Analisis ini meliputi : arus jenuh dasar, arus lalu lintas, waktu siklus, waktu hijau, kapasitas, derajat kejenuhan dan perilaku lalu lintas. Nilai kapasitas simpang untuk waktu puncak pagi di Simpang Bangkong memiliki nilai sebesar 2171 smp/jam untuk pendekat timur arah pergerakan lurus. Dari nilai derajat kejenuhan pada masing-masing pendekat yang sebagian besar memiliki nilai > 0,800; terutama pada waktu pagi untuk arah timur ke barat dan waktu sore untuk arah barat ke timur. Pada waktu puncak pagi tundaan rata-rata simpang yang terjadi sebesar 42,80 detik/smp. Pada waktu puncak siang dengan tundaan simpang rata-rata sebesar 55,10 detik/smp. Pada waktu puncak sore dengan tundaan rata-rata simpang sebesar 45,47 detik/smp.

Kata kunci : evaluasi, optimalisasi, simpang, Bangkong
Abstract: The position of the city of Semarang reviewed in national and regional strategic growth will have an impact that is local traffic as well as being large enough. Growth substantial traffic generating traffic flow should be assessed continuously so as not to cause a negative impact. Traffic flow is large enough without setting the appropriate traffic pattern would cause long delays and queues were quite long. Traffic patterns of a road we can see from the pattern setting which is at the intersection of the segment. The parameters studied include the number of vehicles coming out of each arm, current conditions and time of the signal. This analysis includes: basic saturation flow, traffic flow, cycle time, green time, capacity, degree of saturation and traffic behavior. Rated capacity of the intersection for the morning peak period in Simpang Kuhl has a value of 2171 pcu/hour to approach the direction of the straight east. Of the value of the degree of saturation at each approach that most had values> 0.800; especially in the morning to the east to the west and the evening to the west to the east. In the morning peak period the average intersection delay that occurred at 42.80 seconds/pcu. At peak times during the intersection delay by an average of 55.10 seconds/pcu. In the afternoon peak period with an average intersection delay of 45.47 seconds/pcu.

Keywords: evaluation, optimization, intersection, Bangkong 

Penulis : Eko Nugroho Julianto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102 E-mail: en.julianto@gmail.com 

PEMANFAATAN SISA PEMBAKARAN AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PROSES PEMBUATAN PAVING


Abstrak: Sisa pembakaran ampas tebu adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Sisa pembakaran ampas tebu terbuat dari ampas tebu yang dibakar sebagai bahan bakar dalam proses pemanasan nira tebu. Sisa pembakaran tersebut kemudian diendapkan dalam air, hasil endapan inilah yang dinamakan sisa pembakaran ampas tebu (SPAT). Pemanfaatan SPAT masih belum maksimal, sehingga dilakukan penelitian dengan pemanfaatan SPAT sebagai bahan pengisi dalam pembuatan paving. Tujuan penelitian untuk mencari kuat tekan dan besarnya penyerapan air paving dari penambahan SPAT. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen. Benda uji yang digunakan berupa paving block dengan ukuran tebal 6 cm, lebar 10 cm dan panjang 20 cm yang dibuat dari pasir muntilan, semen jenis PPC dan SPAT dari PTPN IX PG Rendeng Kudus. Variasi benda uji dengan subtitusi SPAT terhadap volume pasir sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%, masing-masing perilaku berjumlah 5 benda uji. FAS yang digunakan sebesar 0,2. Hasil uji kuat tekan dengan subtitusi SPAT sebesar 0%, 10% 20%, 30% dan 40% pada umur 28 hari berturut-turut sebesar 184,76 Kg/cm2; 164,46 Kg/cm2; 149,23 Kg/cm2; 118,78 Kg/cm2; dan 101,52 Kg/cm2, pada umur 60 hari sebesar 218,26 Kg/cm2; 198,97 Kg/cm2; 177,66 Kg/cm2; 140,09 Kg/cm2; dan 120,81 Kg/cm2 dan pada umur 90 hari sebesar 220,29 Kg/cm2; 203,04 Kg/cm2; 183,74 Kg/cm2; 145,17 Kg/cm2; dan 127,91 Kg/cm2. Hasil uji penyerapan air paving berturut-turut sebesar 6,35%; 8,57%; 9,41%; 10,21%; dan 10,33%. Jadi SPAT yang diambil dari PTPN IX PG Rendeng Kudus, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi dalam proses pembuatan paving dengan semen jenis PPC meskipun kekuatanya menurun.

Kata kunci :Sisa Pembakaran Ampas Tebu, Kuat Tekan Paving, Serapan Air

Abstract: Time combustion of bagasse is a by-product of cane sugar manufacturing process. The combustion of bagasse are made from bagasse is burned as a fuel in heating process sugar cane. Combustion is then precipitated in water, precipitated this is called bagasse combustion (SPAT). SPAT utilization is not maximized, so that the research done by the use of SPAT as a filler in the manufacture of paving. The purpose of research to find the magnitude of the compressive strength and water absorption of paving the addition of SPAT. Research methods using experimental methods.Specimens used in the form of block paving with size 6 cm thick, 10 cm wide and 20 cm long made from Muntilan sand, cement and PPC types of PTPN IX SPAT Holy Rendeng PG. Variations in the specimen with the volume of sand SPAT substitution of 0%, 10%, 20%, 30%, and 40%, respectively amounting to 5 specimen behavior. FAS is used by 0.2. Compressive strength test results with SPAT substitution of 0%, 10% 20%, 30% and 40% at 28 days, respectively for 184.76 Kg/cm2; 164.46 Kg/cm2; 149.23 Kg/cm2;Kg/cm2 118.78, and 101.52 Kg/cm2, at the age of 60 days was 218.26 Kg/cm2; 198.97 Kg/cm2; 177.66 Kg/cm2; 140.09 Kg/cm2, and 120 , 81 Kg/cm2 and at the age of 90 days was 220.29 Kg/cm2; 203.04 Kg/cm2; 183.74 Kg/cm2; Kg/cm2 145.17, and 127.91 Kg/cm2. Paving water absorption test results in a row by 6.35%, 8.57%, 9.41%, 10.21% and 10.33%. So SPAT are taken from the Holy Rendeng PG PTPN IX, can be used as a filler in the manufacture of cement type paving with PPC though kekuatanya decreased.

Keywords: Time Burning Cane Dregs, Paving Compressive Strength, Water Absorption

Penulis : Endah Kanti Pangestuti
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E, Kampus Sekaran Semarang 50229, Telp. (024) 8508102. E-mail: endahkp@gmail.com


preview/download

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Abstrak : Di akhir tahun 2009, Tim Pengembang Konservasi mengadakan rapat kerja yang salah satunya berkenaan dengan konsep sepeda kampus. Hasilnya adalah program pengutamaan sepeda dan pejalan kaki, sebagai bagian dari Kerangkakerja Sistem Transportasi Hijau Internal. Pada Tanggal 20 Maret 2010 di deklarasikan kampus konservasi. Pada tahun yang sama, Unnes mendapatkan hibah 1000 sepeda dari program Corporate Social Responsibility pihak ke 3. Dari survei cordon line tertutup, dicatat setidaknya ada 3000 sepeda motor berada di dalam kampus Sekaran pada saat yang sama.Berdasarkan survei yang lain, survei berjenjang berbatas, sudah tumbuh minat warga unnes untuk bersepeda dan berjalankaki di lingkungan kampus sekaran unnes, dan di sisi lain, pengelola unnes sedang berusaha keras untuk memenuhi permintaan ini.Tulisan ini berusaha fokus pada fakta-fakta yang didapat dari hasil survei dari 2010-2012, dan memberi rekomendasi berdasar fakta-fakta tersebut.

Kata kunci : Transportasi, perilaku pengguna, sepeda, sepeda bermotor, waktu, ruang

Abstract: In late 2009, Conservation Development Team held a working meeting that one of them is related to the concept of campus bike. The result is a program of prioritizing bicycles and pedestrians, as part of Green Transport System Internal Framework. On March 20, 2010 Date of declared conservation campus. In the same year, in 1000 the bike Unnes get grants from the Corporate Social Responsibility 3rd party. From the cordon line survey closed, recorded at least 3,000 motorcycles were on campus at the time sama.Berdasarkan Sekaran other surveys, boundary surveys tiered, has been growing interest in citizen UNNES for cycling and berjalankaki on campus have now UNNES, and on the other , UNNES managers are trying hard to meet the demand ini.Tulisan is trying to focus on the facts obtained from the results of the 2010-2012 survey, and make recommendations based on those facts.

Keywords: Transportation, user behavior, bicycles, motor bikes, time, space

Penulis : Alfa Narendra
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Telp (024) 8508102. E-mail: alfanarendra@gmail.com

preview/download

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI UNTUK PENGENDALIAN LONGSORAN PERMUKAAN PADA LERENG JALAN DITINJAU DARI ASPEK RESPON PERTUMBUHAN AKAR


Abstrak: Aplikasi sistem vetiver dalam upaya pengendalian longsoran permukaan nampaknya masih membutuhkan studi lebih lanjut. Hal ini mengingat sistem komposit akar perkuatan tanah merupakan material biologis yang kompleks sehingga stabilitas lereng akan sulit diprediksi. Untuk itu, upaya aplikasi sistem vetiver pada tanah timbunan yang dipadatkan seperti yang telah dilakukan di beberapa ruas jalan lingkar Ambarawa perlu diteliti respon pertumbuhan akarnya. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju penetrasi akar, dan kondisi ini berimplikasi pada tidak berkontribusnya serat akar pada peningkatan kuat geser tanah karena serat akar belum memotong bidang gelincir pada longsoran permukaan. Pada media tanam berupa tanah lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah, pada umur tanaman 90 hari, akar tanaman rumput akar wangi mampu menembus lapisan tanah merah yang dipadatkan dengan berat volume kering tanah (gd) berkisar 1,28 - 1,34 gr/cm3 dan setebal 16,8 cm. Pada dasar pot terjadi pengumpulan akar akibat akar tidak dapat menembus penutup peralon (dop). Panjang akar dapat mencapai rata-rata 29,69 cm dan diameter akar 0,40 mm. Hal ini menunjukkan bahwa akar wangi mampu berkembang baik pada lereng jalan di jalan lingkar Ambarawa yang jenis tanahnya lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah. Keeratan hubungan antar variabel seperti berat volume kering tanah (gd), jumlah akar, panjang akar dan diameter akar sebagai respon dari pertumbuan akar adalah semakin banyak rata-rata jumlah akar akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Semakin tinggi berat volume kering tanah (gd) akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Selain itu, hubungan panjang dan diameter akar menunjukkan kemiripan pola sebaran untuk tingkat kepadatan yang relatif sama.

Kata kunci : sistem vetiver, longsoran permukaan, penetrasi akar

Abstract: Vetiver system applications in surface soil erosion control measures still seems to require further study. This is because the root of the composite system of land cultivation is a complex biological material so that the stability of the slope would be difficult to predict. To that end, efforts vetiver system application in compacted soil embankment as it has done in several ring roads Ambarawa root growth response need to be investigated. Dense soil structure will inhibit root penetration, and this has implications on fiber berkontribusnya no roots on soil shear strength due to increased root fibers not cut plane skidded on the surface of the avalanche. d) ranged from 1.28 - 1.34 gr/cm3 and 16.8 cm thick. At the bottom of the pot occurs due to the collection of roots can not penetrate the roots peralon covers (hubcaps). Length of roots may reach an average of 29.69 cm and a diameter of 0.40 mm root. This shows that Vetiver is able to thrive on the slope in a roundabout way Ambarawa the silt soil type kelempungan coarse grained reddish brown or red soil is often called.gOn soil planting medium coarse grained silt kelempungan reddish brown or red soil that is often referred to, in the age of the plant 90 days, vetiver grass plant roots to penetrate compacted soil layers red with a dry weight of soil volume ( d) would be possible greater average root diameter. In addition, the length and diameter of root relationships showed similarities to the distribution pattern of the same relative density.g d), number of roots, root length and root diameter in response to a growing number of pertumbuan root is the average number of roots will be possible greater average root diameter. The higher the volume of dry soil weight (gThe relationship between variables such as the volume of dry soil weight


Keywords: vetiver system, avalanche surface, root penetration

Penulis : Hanggoro Tri Cahyo Andiyarto dan Mego Purnomo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102


PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA TARAKAN


Abstrak: Laju perkembangan ekonomi perkotaan yang semakin pesat membuat intensitas kegiatan perkotaan meningkatkan dan pemanfaatan lahan yang semakin kompetitif. Kondisi tersebut terjadi pula pada kawasan pesisir pantai di Kota Tarakan yang berakibat pada tumbuhnya permukiman kumuh kota. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Lingkas Ujung Kota Tarakan beserta kerawanan kebarakan permukiman dan rencana penanganannya. Metode pendekatan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif-evaluatif, dengan metode pemobobotan tingkat kekumuhan dan kebakaran. Hasil yang didapatkan yaitu 1) Permukiman di Kelurahan Lingkas Ujung berupa perkampungan di atas air dengan mayoritas struktur bangunan non permanen dan kumuh. 2) Wilayah dengan kategori kumuh memiliki kecenderungan rawan kebakaran, hal ini dipengaruhi oleh faktor kepadatan bangunan dan struktur bangunan. Rukun Tetangga (RT) dengan kategori paling kumuh berada di RT 6 dan 11, sedangkan RT lainnya termasuk kategori kumuh sedang. RT yang tidak tergolong kumuh adalah RT 1. Tingkat kerawanan kebakaran di Kelurahan Lingkas Ujung dipengaruhi oleh kepadatan bangunan, aksesibilitas, struktur bangunan dan sumber air. RT yang termasuk sangat rawan kebakaran adalah RT 2, 3, 8, 14, 16, dan 18. 3) Penataan kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu jangka pendek untuk permasalahan kebakaran, persampahan dan sanitasi, sedangkan rencana jangka panjang dengan peremajaan kawasan.

Kata Kunci : bahaya kebakaran, penataan permukiman, permukiman kumuh.

Abstract: The rate of urban economic development is rapidly increasing making increasing intensity of urban activities and land use are increasingly competitive. The condition also occurred in coastal areas in the city of Tarakan which resulted in the growth of urban slums. The purpose of this study is to identify the characteristics of slums in Sub End Lingkas Tarakan City kebarakan settlements and their vulnerability and plan treatment. Method research approach using descriptive-evaluative method, the method pemobobotan level of squalor and fire. The results obtained are 1) Settlement in the Village Edge Lingkas a village on water with a majority of non-permanent structures and slums. 2) The area to the category of fire-prone slums have a tendency, it is influenced by the density of buildings and structures. Neighborhood (RT) to the category of most slum located in RT 6 and 11, while the other belongs to the category RT seedy looking. RT is not classified as slum is RT 1. Flammability level in Sub End Lingkas influenced by the density of buildings, accessibility, building structures and water sources. RT which included highly prone to fire is RT 2, 3, 8, 14, 16, and 18. 3) Setup the slum areas is done by two approaches, namely short-term problems of fire, garbage and sanitation, while the long-term plan to rejuvenate the area.

Keywords: fire hazard, the arrangement of settlements, slums.
Penulis :Evans Oktaviansyah
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – telp. (0341) 567886; fax. (0341) 551430 E-mail: w2000kt@yahoo.com 

PENGARUH PENGGUNAAN POTONGAN KAWAT BENDRAT PADA CAMPURAN BETON DENGAN KONSENTRASI SERAT PANJANG 4 CM BERAT SEMEN 350 KG/M3 DAN FAS 0,5


Abstrak: Beton merupakan bahan konstruksi yang mampu menahan kuat tekan dengan baik namun untuk menahan kuat tarik, bahan ini diras kurang begitu sempurna. Untuk mengatasi hal itu maka diberikan tambahan potongan kawat bendrat dengan panjang 4 cm pada campuran beton. Penambahan kawat ini sebagai serat (fiber) yang diharapkan mampu meningkatkan kuat tarik belah, kuat tekan dan modulus elastisitas dari beton. Dari hasil pengujian didapatkan adanya peningkatan kuat tarik belah, kuat tekan dan modulus elastisitas. Pada kuat tarik belah didapatkan peningkatan sebesar 39,931% yang tercapai pada konsentrasi serat sebesar ± 5%. Pada kuat tekan didapatkan kenaikan sebesar 31,648% pada konsentrasi ± 7,5% dan pada modulus elastisitas didapatkan hasil sebesar 25670 Mpa pada konsentrasi serat ±7,5%. Dengan demikian penggunaan kawat bendrat dapat meningkatkan kekuatan pada beton.

Kata kunci: Pengaruh penggunaan, Potongan Kawat bendrat.

Abstract: Concrete is a construction material that can withstand compressive strength well but to withstand tensile strength, these materials diras less perfect. To overcome this, it is given an additional piece of wire with a length of 4 cm bendrat the concrete mix. The addition of this wire as a fiber (fiber) is expected to increase the tensile strength sides, compressive strength and modulus of elasticity of concrete. From the test results obtained an increase in split tensile strength, compressive strength and modulus of elasticity. In tensile sides obtained an increase of 39.931% was achieved at a concentration of ± 5% fiber. In the compressive strength obtained an increase of 31.648% at a concentration of ± 7.5% and the modulus of elasticity of 25 670 MPa results obtained at a concentration of 7.5% ± fibers. Thus the use of wire bendrat can increase the strength of the concrete.

Keywords: Effect of use, Pieces Wire bendrat.
Penulis : Aris Widodo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229. Email: ariswidodo71@yahoo.co.id

ANALISA GRADASI AGREGAT CAMPURAN PASIR PANTAI DAN PASIR LOKAL SEBAGAI BAHAN BETON KEDAP AIR DAN BETON NORMAL


Abstrak: Penggunaan Pasir Pantai sebagai bahan beton belum banyak dilakukan di Indonesia, untuk itu perlu penelitian lebih lanjut. Permasalahannya adalah bagaimanakah sifat-sifat material, karakteristik agregat campuran dan karakteristik agregat sebagai bahan beton kedap air dan beton normal. Jenis penelitian eksperimen. Variabelnya adalah perbandingan Pasir Pantai, Pasir Lokal dan kerikil. Metode pengumpulan data menggunakan metode pengukuran atau tes pada rancangan eksperimen. Metode analisis dengan cara pengolahan data hasil pengujian. Dari hasil penelitian, sifat-sifat material semua agregat aman dipakai sebagai bahan beton. Karakteristik Pasir Pantai butirannya terlalu halus, Pasir Lokal berbutir agak kasar dan kerikil Pudak Payung butir agregatnya maksimal 20mm. Untuk beton normal, diperoleh perbandingan campuran Pasir Pantai Tegal, Kali Gung dan Kerikil Pudak Payung 10%:30%:60%. Pasir Pantai Pemalang, Kali Gung dan Kerikil Pudak Payung 10%:30%:60%, Pasir Pantai Batang, Kaliboyo dan Kerikil Pudak Payung 10%:15%:70%. Pasir Pantai Jepara,Muntilan dan Kerikil Pudak Payung 7%:26%:67%. Pasir Pantai Rembang, Cepu dan Kerikil Pudak payung tidak diperoleh perbandingan yang masuk ke dalam standar. Untuk beton kedap air dengan asumsi berat beton 2300 kg, fas 0,4, 10% Pasir Pantai Tegal:20%Kali Gung:70%Kerikil Pudak Payung berat semen minimal 206,72kg, 10% Pasir Pantai Pemalang:30% Kali Gung:60%Kerikil Pudak Payung 219,67kg, 1% Pasir Pantai Batang:30% Kaliboyo:69% Kerikil Pudak Payung 202,14kg, 7% Pasir Pantai Jepara:26%Muntilan:67% Kerikil Pudak Payung 235,38kg, 10% Pasir Pantai Rembang:20% Cepu:70% Kerikil Pudak Payung 176,81kg. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pasir pantai dapat digunakan sebagai bahan beton normal dan beton kedap air, namun gradasinya perlu diuji secara berulang agar didapatkan gradasi yang masuk kedalam batas yang sudah ditetapkan.

Kata Kunci : Gradasi Agregat Campuran, Pasir Pantai, Pasir Lokal.

Abstract: The use of beach sand as concrete material has not been done in Indonesia, it is necessary to further research. The problem is how the material properties, characteristics of the mix aggregate and aggregate characteristics as a watertight concrete and normal concrete. Types of experimental studies. Variable is the ratio of Sand Beach, Local Sand and gravel. Methods of data collection using the method of measurement or test the experimental design. Methods of analysis by means of data processing test results.


From the research, all the material properties used as a safe aggregate concrete. Characteristics of beach sand grains are refined, somewhat coarse grained Local Sand and gravel aggregate grain Pudak Umbrella maximum 20mm. For normal concrete, the comparison of mixed sand beach Tegal, Kali Gung and Gravel Pudak Umbrella 10%: 30%: 60%. Pemalang beach sand, and gravel Pudak Kali Gung Umbrella 10%: 30%: 60%, Sand Beach Rod, and the Pebbles Pudak Kaliboyo Umbrella 10%: 15%: 70%. Jepara beach sand, and gravel Pudak Muntilan Umbrella 7%: 26%: 67%. Apex beach sand, and gravel Pudak Cepu umbrella not the comparison that go into default. For concrete waterproof concrete assuming weight 2300 kg, fas 0.4, 10% sand beach Tegal: 20% Kali Gung: 70% Gravel Umbrellas Pudak 206.72 kg minimum weight of cement, 10% sand beach Pemalang: 30% Kali Gung: 60% Gravel umbrellas Pudak 219.67 kg, 1% Sand Beach Rod: 30% Kaliboyo: 69% Gravel umbrellas Pudak 202.14 kg, 7% Sand Beach Jepara: 26% Muntilan: 67% Gravel umbrellas Pudak 235.38 kg, 10% sand Apex Beach: 20% Cepu: 70% Gravel umbrellas Pudak 176.81 kg. From the results of the study concluded that beach sand can be used as normal concrete and concrete watertight, but gradation need to be tested repeatedly in order to obtain gradation into a predefined limit.

Keywords: Mixed Aggregate Gradation, Sand Beach, Sand Local.

Penulis : Hery Suroso
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229. e-mail: herysuroso@yahoo.com 


PERKERASAN CAMPURAN ASPAL BETON (AC- BASE) DENGAN MATERIAL LOKAL KUTAI KARTANEGARA


Abstrak : Bahan material di Kutai Kartanegara cukup besar dengan memiliki cadangan galian C yang diperkirakan 156.000.000 m3 pada disebagian wilayah Kutai Kartanegara dengan luas wilayah keseluruhan 27.263,10 km2, akan tetapi pemanfaatannya masih minim dan hanya terbatas sebagai bahan bangunan struktur ringan. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui sifat penggunaan material agregat pasir Tenggarong dan batu pecah Jembayan sebagai campuran AC-Base, terhadap karakteristik volumetrik dan karakteristik Marshall yang terdiri dari parameter – parameter kepadatan (Density), Voids in the Mineral Aggregate (VMA), Voids In The Mix (VITM), Voids Filled With Asphalt (VFWA), stabilitas (Stability), kelelehan (Flow), dan Marshall Quotient (MQ), dan mengetahui ketahanan kohesivitas campuran aspal dengan metode Indirect Tensile Strength (ITS) yang terkondisikan pada keadaan sebenarnya dan tidak dikondisikan, pada penelitian dibuat tiga macam variasi campuran untuk menentukan dan mengetahui kadar aspal optimum berdasarkan persentase agregat dan kadar aspal yang dipergunakan dengan parameter pengujian Marshall dan mengetahui nilai Indeks Perendaman (IP) atau kekuatan sisa serta nilai Indirect Tensile Strength (ITS). Hasil penelitian batu pecah Jembayan memberikan data sifat fisik keausan 26,0 %, kelekatan agregat terhadap aspal 97,0 %, berat jenis bulk 2,608, penyerapan 1,373 % dan pasir Tenggarong memberikan data sifat fisik sand equivalent 95,12 %, berat jenis bulk 2,552, dan penyerapan 1,133 %, dan hasil pengujian karakteristik Marshall diperoleh kadar aspal optimum dari setiap variasi campuran perkerasan sebesar 5,000 %, 4,700 %, dan 4,600 %, adapun nilai Indeks Perendaman dari setiap variasi sebesar 107,88 %, 116,43 %, dan 112,60 %, serta nilai Tensile Strength Ratio sebesar 99,19 %, 96,58 %, dan 94,52 dengan bahan pengisi Semen.

Kata kunci: Batu Pecah Jembayan, Pasir Tenggarong, AC-Base, stabilitas

Abstract : Kutai Kartanegara has quite large quarry of type C materials estimated about 156.000.000 m3. With total area of the region of only 27.263,10 km2, those materials are quite an amount. Unfortunately, the use of those materials is limited as lightweight structural materials. The purpose of this research is to determine the potency of Tenggarong sand aggregate and Jembayan crushed stone as composites in AC-Base mixture. This research is performed by using volumetric and Marshall characteristics which consist of density, Voids in the Mineral Aggregate (VMA), Voids In The Mix (VITM), Voids Filled With Asphalt (VFWA), stability, flow, and Marshall Quotient as parameters. To determine the resistance of asphalt mixtures cohesiveness, conditioned and unconditioned Indirect Tensile Strength is being used. Three mixture variations are being made to determine the optimum content of asphalt, the index value of immersion or residual strength and the value of Indirect Tensile Strength. Physical data which can be derived from Jembayan crushed stone’s experiments are 26,0 % for physical worn-out 97,0 % for viscosity of asphalt aggregate 2,608 % for specific gravity bulk, and 1,373 % for absorption. Mean while data from Tenggarong sand aggregate’s experiments are 95,12 % for sand equivalent 2,552 % for specific gravity bulk and 1,133 % for absorption. Based on Marshall Test, the optimum content of asphalt for each variation is 5,000 %, 4,700 %, and 4,600 %. The index value of immersion for each variation is 107,88 %, 116,43 % and 112,60 %, while the value of Tensile Strength Ratio as Cement filler are 99,19 %, 96,58 % and 94,52 %.

Keyword : Jembayan Crushed Stone, Tenggarong Sand, AC-Base, Stability
Penulis :Syahrul
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Jl. Ir H Juanda Samarinda. E-mail : syahrulsipil@rocketmail.com

TIPOLOGI RUMAH SUSUN DI KOTA YOGYAKARTA



Abstrak: Kota Yogyakarta tidak luput dari pemukiman kumuh. Rumah-rumah di sekitar bantaran Sungai Code saling berhumpitan. Dari sinilah mulai timbul cara memecahkan masalah tersebut, diantaranya adalah pembangunan rumah susun, yang diharapkan warga mempunyai tempat tinggal yang lebih layak sekaligus sebagai upaya penertiban kota. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tipologi terhadap tiga rusunawa di Kotamadya Yogyakarta, untuk dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan fisik, ketidaknyamanan pengguna rusunawa, sehingga akan menghasilkan beberapa rekomendasi sebagai pedoman perencanaan dan perancangan rumah susun yang baru nantinya. Penelitian dilakukan dengan kajian Evaluasi Purna Huni (EPH) dari segi physical control dan functional framenya. Analisa tipologi dari aspek Physical control yaitu (1) kontrol terhadap iklim, rata-rata rusunawa tidak memiliki tritisan yang memadai sehingga tampias hujan; (2) masalah sampah dan saluran air kotor yang mampet, menimbulkan bau menyengat; (3) penutup atap menggunakan genteng metal yang tidak berpasir sehingga panas di siang hari untuk yang tinggal di lantai teratas, dan apabila hujan terdengar suara keras dari air hujan. Analisa dari functional frame (1) rata-rata pola bangunan single loaded; (2) dalam satu rusun memiliki besaran unit yang sama; (3) ketinggian lantai untuk rusun Juminahan dan Jogoyudan 3 m, sedangkan rusun Cokrodirjan 2,8 m. Upaya menambah rusun yang baru untuk mewadahi masyarakat yang masih tinggal di tepi sungai Code yang masih rawan bahaya lahar dingin.

Kata kunci : Tipologi, rusunawa, physical control, functional frame 
Abstract: Yogyakarta city did not escape from the slums. Some ways of thinking to solve the problem, including the construction of flats, the residents are expected to have a more decent place to live as well as efforts to curb the city. This study aims to analyze the typology of the three flats in the Municipality of Yogyakarta, in order to know the advantages and disadvantages of physical, inconvenience users of flats, which will produce a number of recommendations to guide the planning and design of the new flats.Research carried out by using the Post Occupancy Evaluation (POE) in terms of physical control and functional frame.Physical aspects of the typology analysis of control: (1) control the climate, the average flats does not have adequate shading so it can not avoid the rain, (2) the problem of waste and storm sewers are clogged, causing a stench, (3) using tile metal roofing is not sandy so hot during the day for a stay on the top floor, and when the rain came a loud voice from the rain. Analysis of the functional frame (1) the average pattern of the building are single loaded, 2) in the towers have the same type, (3) the height of the floor for the towers Jogoyudan and Juminahan is 3 m, while the towers Cokrodirjan is 2.8 m. Efforts to add new towers to accommodate the people who still live on the banks of the river was still hazardous Code of cold lava.

Keywords : typology, flats, physical control, functional frame

Penulis : Hestin Mulyandari
Program Studi Arsitektur, Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)
Jl. Ringroad Utara, Jombor, Sleman, Yogyakarta 55285, email: hestin_jl@yahoo.com 
 

PEMBUATAN LAPISAN PELINDUNG (ARMOURING) SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK STABILITAS DASAR PERMUKAAN SUNGAI


Abstrak: Gradasi butir sedimen yang bergerak di dasar saluran atau sungai dengan berbagai variasi ukuran material menyebabkan terjadinya proses selective erosion selama proses aliran, yang memungkinkan terjadi perubahan struktur lapisan dasarnya. Terbentuknya lapisan armour secara alamiah dapat mempertahankan bentuk konfigurasi dasar sungai tersebut, namun bagaimana proses pembentukan lapisan armour, perubahan struktur lapisan penyusunnya serta kekasaran permukaannya menjadi sesuatu yang penting pada pencapaian tujuan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Hidraulika menggunakan perangkat utama sediment-recirculating flume terbuat dari plexiglass berdimensi lebar 0,60 m, panjang 10,00 m, tinggi 0,45 m serta kemiringan dasar yang dapat diatur hingga 3%. Flume ini dilengkapi dua pompa yang berkapasitas debit sampai dengan 150 l/dt. Material yang dipakai dicampur dengan komposisi 70% gravel, 30% pasir. Running dilakukan pada debit konstan, baik pada saat debit aliran low flow maupun hight flow, dan untuk setiap ranning terdapat 3 fase yaitu fase equilibrium, fase armour. Instrumen yang digunakan antara lain digital currentmeter, point gauge meter, sediment feeder, sediment trap, dan dibantu software surfer 8.0. Hasil penelitian tersebut dapat menggambarkan proses terjadinya armouring didasarkan pada kondisi aliran dan perilaku sedimen dasar bergerak, yang dinyatakan dengan adanya perubahan struktur lapisan dasar dan perubahan topografi permukaan dasar. Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya sedimen dasar yang bergerak pada struktur lapisan mengakibatkan terbentuknya lapisan armouring yang berpengaruh pada stabilitas dasar saluran dan aman terhadap bahaya erosi dan degradasi.

Kata kunci : armouring, degradasi, gradasi butir, eksperimen flume, stabilitas dasar

Abstract: Gradation of sediment grains moving at the bottom of the channel or river with a variety of material sizes lead to selective erosion processes during the flow process, which allows the basic layer structure changes. Formation of a layer of natural armor can maintain the shape of the basic configuration of the river, but how the process of forming a layer of armor, as well as changes in the structure of the constituent layers of the surface roughness to be something that is important to the achievement of this research. The research was conducted in the laboratory using the main Hydraulics of sediment-recirculating flume made ​​of plexiglass dimensionless width of 0.60 m, 10.00 m long, 0.45 m high and the slope of which can be set to 3%. Flume is equipped with two pumps that discharge capacity up to 150 l / sec. The material used is mixed with a composition of 70% gravel, 30% sand. Running is done on a constant discharge, either at the time of discharge flow and low flow hight flow, and for every ranning there are 3 phases which equilibrium, phase armor. Instruments used include digital currentmeter, point gauge meters, feeder sediment, sediment trap, and aided software surfer 8.0. These results we can describe the armouring process is based on the flow conditions and the behavior of moving sediment, which is expressed by a change in the structure of the base layer and the base surface topography changes. So it can be concluded that the presence of sediment moving layer structure resulted in the formation of armouring layers that affect the stability and safety of the base channel erosion and degradation.

Keywords: armouring, degradation, grain grading, flume experiments, the basic stability


Penulis: Cahyono Ikhsan

Fakultas Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta . Email: cahyono1970@yahoo.co.id 


preview/download

DISTRIBUSI KONSENTRASI DAN KECEPATAN GELEMBUNG UDARA PADA KONDISI PEMASUKAN UDARA ALAMIAH (SELF AIR ENTRAINMENT) DI SALURAN CURAM


Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah: (1) tersedianya hasil analisis distribusi gelembung udara di wilayah developing pada kondisi pemasukan udara alamiah (self air entrainment) di dasar saluran curam yang memiliki kemiringan 15° dan 20°; dan (2) tersedianya hasil analisis kecepatan gelembung udara di wilayah developing pada kondisi pemasukan udara alamiah (self air entrainment) di dasar saluran curam yang memiliki kemiringan 15° dan 20°. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan di Laboratorium Hidraulika JTSL FT-UGM. Pada penelitian ini digunakan saluran curam yang mempunyai panjang 10 m, lebar 0,2 m dengan kemiringan berubah-ubah mulai 15°, dan 20º, yang menyatu dengan dinding bak air. Penyaluran air ke dalam bak dilakukan dari tangki yang dikendalikan oleh katup. Debit adalah 0,209 m3/dt. Instrumen berupa V-Notch digunakan untuk mengkalibrasi hasil pengukuran debit. Hasil penelitian adalah: (1) persamaan distribusi konsentrasi gelembung udara pada debit Q=20,9 l/s serta kemiringan 15° 6,203 m dan 7,203 m di hilir inlet flum secara empirik adalah 3,134lnC+18,87 dan R2=0,955 serta z=4,121lnC+12,58 dan R2=0,935. Persamaan distribusi konsentrasi gelembung udara pada debit Q=20,9 l/s serta kemirngan 20° 6,203 m dan 7m 203 m di hilir inlet flum secara empirik adalah 3,749lnC+11,63 dan R2=0,878, serta z=5,376lnC+3,005 dan R2=0,909. Bentuk kurva distribusi konsentrasi gelembung udara adalah logaritmik (z fungsi C); (2) berdasarkan kurva perbandingan antara konsentrasi gelembung udara teoritik dengan eksperimen pada kemiringan 15 dan 20 derajat serta di 6,203 m dan 7,203 m di hilir inlet flum, nampak bahwa secara superposisi kurva eksperimen selalu lebih landai dibandingkan dengan kurva teoritik. Kecepatan gelembung udara lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan aliran. Makin besar luas gelembung udara dan makin besar sudut pergerakan gelembung udara cenderung makin rendah kecepatannya.

Kata kunci: konsentrasi dan kecepatan gelembung udara, pemasukan udara alamiah, saluran

curam 
Abstract: The purpose of this study was: (1) the availability of the results of analysis of the distribution of air bubbles in the region developing in conditions of natural air intake (self entrainment of water) at the base of a steep channel that has a slope of 15 ° and 20 °, and (2) the availability of the results of analysis of the speed of the air bubbles in the area of ​​developing the natural condition of the air intake (air entrainment self) at the base of a steep channel that has a slope of 15 ° and 20 °. This study used an experimental method is implemented in the Hydraulics Laboratory JTSL FT-UGM. Used in this study has a steep channel length of 10 m, width 0.2 m with a slope changing from 15 °, and 20 º, which is fused with the wall tubs. Channeling water into a tub made of tanks controlled by valves. Discharge is 0.209 m3/sec. A V-Notch instrument used to calibrate the results of discharge measurements. The results are: (1) the equation concentration distribution of air bubbles in the discharge Q = 20.9 l / s and a slope of 15 ° 6.203 m and 7.203 m in the downstream inlet empirically Flum is 3,134 +18.87 LNC and R2 = 0.955 and z LNC +12.58 = 4.121 and R2 = 0.935. Equation concentration distribution of air bubbles in the discharge of Q = 20.9 l / s and 20 ° kemirngan 7m 6.203 m and 203 m downstream of the inlet Flum empirically is 3,749 +11.63 LNC and R2 = 0.878, and z = 5.376 +3.005 Inc. and R2 = 0.909. Form of the distribution curve is logarithmic concentration of air bubbles (z function C), (2) based on the concentration curve comparisons between theoretical air bubbles with experiments on a slope of 15 and 20 degrees and at 6.203 m and 7.203 m in the downstream inlet Flum, it appears that the superposition of curves experiments always flatter than the theoretical curve. Velocity of air bubbles is lower than the flow velocity. The greater the air bubbles and the wide angle greater movement of air bubbles tend to the lower speed.

Keywords: concentration and velocity of air bubbles, air intake naturally, steep channel.
 
Penulis : Yeri Sutopo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102  

MEKANISME LONGSORAN LERENG PADA RUAS JALAN RAYA SEKARAN GUNUNGPATI SEMARANG


Abstrak: Penanggulangan longsoran lereng di ruas jalan Sekaran Gunungpati Semarang sebenarnya secara parsial sudah dilakukan dari setiap tahunnya, namun di setiap musim penghujan indikasi yang sama yakni rekahan pada permukaan jalan aspal yang menunjukkan arah gerakan massa tanah selalu saja muncul. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perkuatan lereng yang ada ikut bergerak bersama material longsoran karena bidang longsor berada di bawah perkuatan lerengnya. Untuk itu, guna menunjang efektivitas pemilihan desain perkuatan lereng, diperlukan pemahaman tentang mekanisme longsoran pada lokasi studi melalui serangkaian pengujian tanah dan analisis stabilitas lereng dengan metode elemen hingga (SSR-FEM). Berdasarkan hasil pengujian tanah di lapangan dengan uji sondir pada 2 (dua) lokasi studi Trangkil dan Deliksari Gunungpati, kedalaman tanah keras mencapai 12,00 – 26,00 meter. Bidang longsor berbentuk kurva planar dan gerakan massa tanah berupa translasi pada kedalaman 10,00-13,00 meter. Pada lokasi studi Trangkil Gunungpati, analisis stabilitas lereng menunjukkan pada saat kekuatan geser tanah di zona bidang longsor direduksi sebesar 20% dari kondisi semula, lereng mulai bergerak dengan nilai faktor aman (SF) stabilitas lereng 1,06. Kondisi awal sebelum kekuatan geser tanah direduksi, lereng masih dalam kondisi aman SF > 1,20 (= 1,23). Hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi studi yang lahannya masih berupa tegalan ini rentan terjadi gerakan massa tanah pada saat nilai kekuatan geser tanah pada zona bidang longsor terus tereduksi selama musim penghujan.

Kata kunci: gerakan massa tanah, bidang longsor, mekanisme longsoran 

Abstract: Countermeasures avalanche slopes on roads Sekaran Gunungpati Semarang actually partially been done of each year, but in every rainy season the same indication that the fracture in asphalt road surface indicating the direction of movement of the soil mass always appears. This suggests that the slope retrofitting existing systems also move along avalanche material for the field of avalanche slopes are under cultivation. Therefore, in order to support the effectiveness of the slope reinforcement design selection, required an understanding of the mechanisms of avalanches in the study area through a series of ground tests and slope stability analysis by finite element method (FEM-SSR). Based on the results of soil testing in the field with sondir test on two (2) locations Trangkil studies and Deliksari Gunungpati, hard soil depth reaches 12.00 to 26.00 meters. Field of curved planar landslides and mass movements in the form of translational ground at a depth of 10.00 to 13.00 meters. In the study area Trangkil Gunungpati, slope stability analysis indicates when the soil shear strength in the field of landslide zone is reduced by 20% from its original state, the slope begins to move to the value of safety factor (SF) 1.06 slope stability. Initial conditions before the shear strength of the soil is reduced, the slope was still safe SF > 1.20 (= 1,23). This suggests that the study area is still a moor land is susceptible to mass movement of land in the year when the soil shear strength in the field of landslide zone continued reduced during the rainy season.

Keywords: mass movement of soil, landslide areas, avalanche mechanism 

Penulis : Untoro Nugroho, Hanggoro Tri Cahyo A., dan Mego Purnomo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

preview/download

ANALISIS POLA PERMINTAAN SEPEDA KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan pola permintaan sepeda kampus mahasiswa Unnes dan sarana prasarana yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Dengan metode analisis diskriptif kuantitatif berdasarkan hasil pengolahan data angket/ kuesioner dan observasi lapangan, maka dapat ditemukan hubungan variabel terhadap pilihan transportasi mahasiswa yang membentuk pola permintaan serta sarana prasarana yang diinginkan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Cluster Sample.

Kata kunci : pola permintaan, mahasiswa, sarana prasarana

Abstract: The research aims to discover and describes the patterns of demand for student campus bike and infrastructure needed by the student in Unnes. By quantitative descriptive analysis method based on the data processing questionnaires and field observations, it can be found relation to the choice of variables that make up the student transportation demand patterns and the desired infrastructure. The sampling technique was conducted by Stratified Cluster Sample.

Keywords : patterns of demand, students, facilities

Penulis : Lulut Indriyaningrum, Alfa Narendra dan Arfitriyani
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

EVALUASI KEANDALAN BANGUNAN RUSUNAWA UNNES DITINJAU DARI PERSEPSI MAHASISWA YANG MENGHUNINYA


Abstrak: Latar belakang evaluasi pada bangunan Rusunawa Unnes didasari pada keinginan untuk mengetahui sejauh mana persepsi dari penghuni Rusunawa tentang Keandalan dari bangunan Rusunawa. Keandalan dari bangunan ini meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Aspek keselamatan meliputi: struktur bangunan gedung, kemampuan bangunan Rusunawa terhadap bahaya kebakaran dan kemampuan bangunan Rusunawa terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan. Aspek kesehatan meliputi: sistem penghawaan, sistem pencahayaan, sistem air bersih dan sanitasi, penggunaan bahan bangunan. Aspek kenyamanan meliputi: ruang gerak dalam bangunan gedung, kondisi udara dalam ruang, pandangan, tingkat getaran dan kebisingan. Aspek kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keandalan bangunan Rusunawa UNNES berdasarkan persepsi mahasiswa yang menghuni Rusunawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah persepsi mahasiswa penghuni, sedangkan variabel terikat adalah keandalan bangunan. Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif persentasi. Keandalan bangunan Rusunawa UNNES termasuk dalam kategori baik dengan persentasi sebesar 78,44%. Dengan hasil penelitian terhadap setiap aspek Keandalan bangunan sendiri adalah: (a) Aspek keselamatan = 75,56%; (b) Aspek kesehatan = 80,87%; (c) Aspek kenyamanan = 76,82%; (d) Aspek kemudahan = 77,71%.

Kata kunci : rusunawa, persepsi, keandalan

Abstract: The nature of this evaluation on building of Rusunawa (student flats) Unnes based on a desire to know the extent to which perceptions of the occupants of the building Rusunawa about Reliability of Rusunawa. The reliability of this building include requirements for safety, health, comfort, and convenience. Safety aspects include: building structure, building capacity of Rusunawa against fire and building capabilities of Rusunawa the dangers of lightning and electrical hazards. Health aspects include: ventilation systems, lighting systems, water supply systems and sanitation, use of building materials. Comfort aspects include: the space in the building, the condition of the air in the room, the view, the level of vibration and noise. Aspects include the ease of convenience to the relationship, from, and within the building. The research objective was to determine the reliability of building Rusunawa UNNES based on student perceptions that inhabit Rusunawa. This study uses descriptive quantitative approach. In this study there are two variables: the independent variable and the dependent variable. The independent variable is the students' perceptions of residents, while the dependent variable is the reliability of the building. Data analysis using descriptive analysis percentage. Reliability buildings Rusunawa UNNES included in both categories with a percentage of 78.44%. With the results of research on every aspect of the building itself is Reliability: (a) the safety aspect = 75.56%, (b) health aspect = 80.87%; (c) Aspects of comfort = 76.82%; (d) Aspects ease = 77.71%.

Keywords : rusunawa, perceptions, reliability

Penulis : Diharto dan Ristya Mulia Nugroho
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102




KAJIAN OPTIMALISASI DAN STRATEGI SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN REMBANG


Abstrak: Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan lahan permukiman serta kegiatan lainnya (budidaya) menyebabkan peningkatan permintaan akan air. Saat ini sumber daya air di Kabupaten Rembang cukup sulit diperoleh baik air permukaan maupun air tanah, sementara tingkat konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Dari perhitungan yang telah dilakukan, ketersediaan air yang ada untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Rembang maksimal mencapai titik kritis pada Tahun 2027. Untuk memenuhi kebutuhan air di Kabupaten Rembang, diperlukan suatu kebijakan yang berwawasan lingkungan yang ramah terhadap masyarakat yang berdasar pada konsep social learning yang mana pada kebijakan ini akan memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang perlunya upaya menjaga kelestarian sumber daya air serta penatagunaan sumber daya air yang ada di Kabupaten Rembang. Berdasarkan pada prinsip dan kebijakan yang mendukung pemanfaatan sumber daya, disusun strategi mengenai optimalisasi sumber daya air di Kabupaten Rembang yaitu: optimalisasi saluran peresapan air tanah; optimalisasi fungsi air permukaan; optimalisasi fungsi PDAM; pembuatan rorak, saluran buntu, lubang penampungan air dan biopori; pengendalian pengambilan air tanah; pembuatan embung dan desalinasi air laut.

Kata kunci : optimalisasi, strategi, sumber daya air, Kabupaten Rembang

Abstract: The increasing population and the need for land settlements and other activities (cultivation) will lead to increased demand for water. Current water resources in the district of Apex is quite difficult to obtain both surface water and ground water, while the rate of consumption is increasing day by day. Of the calculations have been done, the existing water supply to meet the needs of the peoples in Rembang district maximum reached a critical point in the year 2027. To meet the water needs in the district of Apex, we need a policy that is environmentally friendly to society based on the concept of social learning in which the policy will provide learning to the community about the need for efforts to conserve water resources and stewardship of water resources in Rembang district. Based on the principles and policies that support the use of resources, organized strategy regarding water resource optimization in Rembang district, such: optimization of ground water recharge channels; optimization function surface water; function optimization of PDAM; making rorak, clogged drain, catch pit and biopori; controlling groundwater abstraction; making ponds and seawater desalination..

Keywords : optimization, strategy, water resources, Kabupaten Rembang

Penulis : Guswakhid Hidayat
PDAM Kabupaten Rembang. Jl. Pemuda Km .3 Rembang 59215. Telp/fax (0295) 6998092
Email: pdam_rembang@yahoo.com

preview/download
 

PENGARUH BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK TERHADAP KINERJA JALAN UTAMA KAWASAN PERUMAHAN BUKIT BANARAN SEMARANG


Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh bangkitan perjalanan penduduk terhadap kinerja jalan utama kawasan Perumahan Bukit Banaran Semarang. Permasalahan penelitian adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja/sekolah, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan jumlah kendaraan yang mempengaruhi jumlah perjalanan. Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian adalah 290 keluarga / rumah dengan teknik proportional stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,6% keluarga memiliki 2 kendaraan dan 27,9% memiliki 3 kendaraan. Karakteristik Perjalanan Penduduk di Kawasan Perumahan Bukit Banaran Semarang, 87,7% menggunakan sepeda motor untuk aktivitas sehari-hari. Tujuan lokasi perjalanan adalah Semarang Tengah (27,1%), Gajahmungkur (20,9%), Semarang Selatan (15,3%) dan lainnya menyebar di berbagai kecamatan seluruh Kota Semarang. Rute yang di lewati adalah arah Kelud (71%), arah Bendan (20,7%) dan yang lainnya ke arah Sekaran. Simpulan penelitian bahwa zona 1 : Y = 781,48 kel/hari, zona 2 : Y = 518.46 kel/hari, Zona 3 : Y - 414,89 kel/hari, zona 4 : Y = 420 kel/hari. Pengaruh bangkitan perjalanan 220,7 smp/jam sedangkan prediksi pengaruh bangkitan Tahun 2012 = 264 smp/jam, dan Tahun 2017 = 384 smp/jam lebih kecil daripada kapasitas jalan utama kawasan Perumahan Bukit Banaran sebesar 1284,91 smp/jam.

Kata kunci : bangkitan perjalanan, jalan utama


Abstract:
The purpose of this study was to analyze the effect of trip generation resident of the area's major roads Housing performance Hill Banaran Semarang. Research problem is the number of family members who work / school, educational level, total spending, and the number of vehicles that affect the number of trips. This study used survey methods with quantitative approaches. The research sample was 290 families / homes with proportional stratified random sampling technique. The results showed that 37.6% of families have 2 vehicles and 27.9% had 3 vehicles. Travel Characteristics of Population in the Region Housing Bukit Banaran Semarang, 87.7% use the bike for daily activities. Semarang destination travel locations are Central (27.1%), Gajahmungkur (20.9%), South Semarang (15.3%) and others spread in various districts throughout the city of Semarang. The route is skipped Kelud direction (71%), the direction Bendan (20.7%) and the other in the direction of Sekaran. Conclusions of research that zone 1: Y = 781.48 families/day, zone 2: Y = 518.46 families/day, Zone 3: Y - 414.89 families/ day, zone 4: Y = 420 families/day. Effect of trip generation 220.7 pcu / h whereas the effect predicted rise of the Year 2012 = 264 pcu / h, and Year 2017 = 384 pcu / h less than the capacity of the main housing area at Bukit Banaran 1284.91 pcu / hour.

Keywords : trips generation, main street


Penulis : Supriyono
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Telp (024) 8508102

preview/download

IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG


Abstrak : Draft Laporan Akhir Rencana Rinci RTH Perkotaan Kabupaten Rembang menyebutkan bahwa pada saat ini RTH publik wilayah Kota Rembang seluas 73,10 Ha atau hanya 2,3% dihitung dari luas wilayah Kota Rembang (3.183,76 Ha), jumlah tersebut masih jauh dari persyaratan minimal. Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 tahun 2008 mensyaratkan bahwa ruang terbuka hijau publik kawasan perkotaan minimal harus terpenuhi sebesar 20% dari luas total wilayah kota. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Rembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa luas ruang terbuka hijau yang berada di kawasan Kota Rembang baik eksisting maupun potensial dengan menggunakan metode analisis data berdasarkan luas wilayah dengan cara wawancara dan survey lapangan. Hasil penelitian ditemukan ruang terbuka hijau eksisting Kota Rembang yang berupa lapangan olahraga, taman, jalur hijau jalan, dan RTH fungsi tertentu ± 77,75 hektar. Luas akumulasi potensi lahan yang dapat difungsikan/ dialih fungsikan sebagai ruang terbuka hijau ± 206,52 hektar (6,48% dari luas wilayah Kota Rembang), terdiri dari aset tanah milik Pemerintah Kabupaten Rembang ± 43,92 hektar (1,38% dari luas wilayah Kota Rembang), aset tanah negara ± 133,45 hektar (4,19% dari luas wilayah Kota Rembang), dan aset tanah lain ± 29,14 hektar (0,92% dari luas wilayah Kota Rembang).

Kata Kunci : Eksisting, Potensial, Ruang Terbuka Hijau.

Abstrak : “Draft Laporan Akhir Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau Wilayah Perkotaan Kabupaten Rembang” said that at present public green open spaces of City of Rembang areameasuring 73.10 ha, or only 2.3% calculated from Rembang City area (3183.76 ha), the number is still far from the minimum requirements . While according to Minister of Public Works No.. 05 of 2008 requires that public green open spaces of urban areas must be met at least 20% of the total area of the city. The research was conducted in the City of Rembang. The study was conducted to determine how extensive green open space located in the heart of Rembang both existing and potential by using a data analysis method based on an area by way of interviews and field surveys. The research found the green open spaces of the existing Rembang City of ± 73.10 acres. Potential land that can be enabled / converted functioned as green open space ± 189.68 acres.

Keywords : Existing, Green Open Space, Potential.

Penulis : Mashuri, Lulut Indrianingrum, Diharto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

ANALISA PENGEMBANGAN POTENSI DESA KANDRI SEBAGAI PUSAT KULINER SINGKONG DI SEMARANG



Abstrak: Kelurahan Kandri merupakan salah satu desa di Kecamatan Gunungpati yang terkenal akan berbagai jenis hasil olahan singkongnya. Potensi kawasan desa sangat mendukung untuk dikembangkan lebih jauh menjadi pusat kuliner karena terdapat obyek wisata Gua Kreo dan adanya pembangunan waduk yang nantinya juga berpotensi menjadi area wisata baru serta keberadaan Kelurahan Kandri yang dilalui jalur pergerakan kepariwisataan kecamatan Gunungpati menambah potensi kawasan untuk dikembangkan lebih jauh untuk mendukung kepariwisataan kota Semarang. Pengkajian lebih dalam mengenai pengembangan Kelurahan Kandri sebagai pusat kuliner singkong di Semarang perlu dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif Rasionalistik. Pengembangan Kandri sebagai pusat kuliner tape dan olahannya perlu mendapatkan dukungan pemerintah dan stakeholder lain. Masyarakat produsen olahan singkong cenderung mencari bahan baku singkong dari luar Kandri karena keterbatasan bahan baku. Sistem pemasaran masih terbatas pada pesanan dan pameran kuliner. Produsen dan distributor tape di Kandri terdiri dari dua jenis yaitu harian dan musiman. Mintakat kawasan sentra kuliner tape dan olahannya terletak di kawasan Talun Kacang dan terintegrasi dengan kawasan pariwisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang.

Kata kunci: pengembangan kawasan, Potensi, Desa Kandri, pusat kuliner.

Abstract: Kandri Village is one of villages in Gunungpati district that known as various types of processed cassava. The potential of rural areas strongly support to be developed into culinary center because near with Kreo Caves tourism and the construction of reservoirs that would also potentially become a new tourist area and the existence of Kandri Village adds by traversed path of the tourism Gunungpati district is a potential to be further developed to support tourism in the Semarang city. Its necessary assessment about the development of Kandri Village as a center of cassava culinary in Semarang. Research uses qualitative rationalistic approach. The development Kandri as a center of culinary tape and processed needs to get support from the government and other stakeholders. Society of processed cassava producers tend to look for cassava raw materials from outside Kandri because raw material shortages. Marketing system is limited to orders and culinary exhibits. Manufacturer and distributor of tape at Kandri consists of two types of daily and seasonal. Zone of culinary tape and other located in Talun Kacang and integrated with Kreo Caves tourism and Jatibarang Reservoir.

Keywords: regional development, potential, Kandri Village, culinary center

Penulis: Wiwit Setyowati 1), Lulut Indrianingrum 1) dan Eva Banowati 2)
1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Semarang 50229, email: wsetyowatiarch@gmail.com - luty_indria@yahoo.co.id
2) Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd C2, Sekaran, Semarang 50229, email: evabanowati@yahoo.co.id

ANALISIS PANJANG JALAN TERHADAP KONSUMSI BBM PADA BAGIAN WILAYAH KOTA (BWK) I SEMARANG


Abstrak: Konsumsi BBM erat hubungannya dengan sektor transportasi, sehingga dalam memperhatikan efisiensi konsumsi BBM, hendaknya diperhatikan pula sistem transportasinya. Perkembangan sistem transportasi dapat berdampak negatif pada suatu wilayah, antara lain tercemarnya suatu lingkungan, dan kebutuhan bahan bakar yang meningkat. Kebutuhan bahan bakar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah penduduk, panjang jalan, dan kondisi jalan. Jumlah penduduk tiap tahun sebuah wilayah tergantung pada jumlah kelahiran, kematian dan migrasi. Panjang jalan suatu wilayah tergantung pada tingkat kebutuhan penduduk akan sarana transportasi dan akses dalam bermobilisasi. Faktor yang mempengaruhi kondisi jalan antara lain: faktor perencanaan jalan, pelaksanaan pembuatan jalan, penggunaan jalan dan kondisi alam. Pertumbuhan jalan jauh lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan kendaraan, hal ini berarti menunjukkan terjadinya pembebanan yang belebihan pada jalan, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jalan. Analisa hubungan panjang jalan, jumlah penduduk dan kondisi jalan terhadap konsumsi BBM dibutuhkan agar masyarakat tahu seberapa besar pengaruh ketiga faktor tersebut dengan peningkatan konsumsi BBM. Pengaruh paling tinggi terhadap konsumsi BBM adalah panjang jalan, (R2= 0,804). Jumlah penduduk juga berpengaruh kuat dalam konsumsi BBM (R2= 0,768). Sedangkan pengaruh kondisi jalan terhadap konsumsi BBM yaitu 0,617..

Kata kunci: konsumsi BBM,jumlah penduduk, panjang jalan dan kondisi jalan.

Abstract: Fuel consumption is closely related with transportation, then when we conservation about efficiency of fuel consumption, we also must give attention for transportation system. The development of transportation system give impact for each region, such as air pollution and increase fuel consumption. Fuel consumption influenced by several factors, it is number of people, length of roads, and road conditions. Number of people for each region depend of number of births, number of deaths and migration. Length of roads depend from needs of the transportation facilities and access for mobilizing. Road conditions influenced by several factor, such as: planing of road, implementation of road construction, road used and natural condition. The growth length of roads less than quantity of vehicles, it means there are over weight on the road that made damage on the road. Correlation analysis from length of road, number of people and road condition with fuel consumption needed for give information to public about impact of it. . Highest influence of fuel consumption is length of road (R2= 0,804). Number of people also give high influence for fuel consumption (R2= 0,768). While influence for road conditions on fuel consumption is 0.617.

Keywords: Fuel consumption, number of people, length of roads and road conditions.

Penulis : Mudjiastuti Handajani, Agus Muldiyanto, Nur Indah Paramita, Aulia Nur Permata
Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM)
Jl. Sukarno Hatta, Tlogosari, Semarang, email: aul_ya@rocketmail.com; mita_nip@yahoo.com



Konten Jurnal No.1 Vo.14 - Juli 2012



Tipologi Rumah Susun di Kota Yogyakarta
oleh Hestin Mulyandari ..................................... 101 - 110     preview / download

Perkerasan Campuran Aspal Beton (AC-Base) Dengan Material Lokal Kutai Kartanegara
oleh Syahrul....................................................... 111 - 120    
preview / download

Analisa Gradasi Agregat Campuran Pasir Pantai dan Pasir Lokal Sebagai Bahan Beton Kedap Air dan Beton Normal
oleh Hery Suroso. ............................................. 121 - 130    
preview / download

Pengaruh Penggunaan Potongan Kawat Bendrat Pada Campuran Beton Dengan Konsentrasi Serat Panjang 4 cm Berat Semen 350 kg/m3 dan FAS 0,5
oleh Aris Widodo ............................................... 131 - 140    
preview / download

Penataan Permukiman Kumuh Rawan Bencana Kebakaran di Kelurahan Lingkas Ujung Kota Tarakan
oleh Evans Oktaviansyah ................................ 141 - 150    
preview / download

Efektifitas Pemanfaatan Tanaman Rumput Akar Wangi Untuk Pengendalian Longsoran Permukaan Pada Lereng Jalan Ditinjau Dari Aspek Respon Pertumbuhan Akar

oleh Hanggoro Tri Cahyo Andiyarto, dkk.......... 151 - 164   
preview / download

Latar Belakang Perilaku Bersepeda di Universitas Negeri Semarang
oleh Alfa Narendra............................................. 165 - 170  
preview / download

Pemanfaatan Sisa Pembakaran Ampas Tebu Sebagai Bahan Pengisi Dalam Proses Pembuatan Paving
oleh Endah Kanti Pangestuti. ............................ 171 - 178  
preview / download

Optimalisasi Kinerja Simpang Bersinyal Bangkong Kota Semarang
oleh Eko Nugroho Julianto ................................ 179 - 190  
preview / download

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki di Koridor Hijau Kampus Universitas Negeri Semarang oleh Teguh Prihanto ......................................... 191 - 200  
preview / download