(Studi Kasus : Rumah Tinggal Karya Arsitek Liem Bwan Tjie Jl. Dr. Wahidin No. 38 Semarang)
Oleh : RM. Bambang Setyohadi KP
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102
Abstrak : Bangunan rumah tinggal yang terletak di jalan Dr. Wahidin No. 38 Semarang merupakan artefak arsitektur yang masih tersisa. Bangunan ini didirikan pada tahun 1938 oleh arsitek Liem Bwan Tjie yang bergaya arsitektur kolonial modern. Dalam perancangan arsitektur, iklim merupakan bahan pertimbangan utama, iklim di suatu daerah dan keinginan memenuhi tuntutan kenyamanan harus menghasilkan pemecahan perancangan fisik desainnya. Pemecahan – pemecahan ”climatic design” yang muncul sebagai jawaban terhadap kajian responsif iklim. Faktor iklim berpengaruh besar terhadap aspek kenyamanan thermal. Penelitian ini dibatasi hanya pada pembuktian kuantitatif kinerja kenyamanan thermal pada bangunan rumah tinggal tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan : nilai To (suhu udara diluar ruangan) lebih besar 5,97 C° dari batas ET (Efektif Temperatur) sehingga masuk kategori tidak nyaman, sedangkan nilai Ti (suhu udara didalam ruangan) < To kategori nyaman. Tetapi perbedaannya sangat tipis yaitu Ti lebih dingin 1,18 C°. Kelembaban Relatif ( Rh) didalam dan diluar ruangan masih dalam batas normal, sesuai dengan persyaratan signifikan nyaman. Kecepatan angin (V) didalam maupun diluar ruangan relative normal dan dikategorikan nyaman.
Kata kunci: arsitektur, kolonial modern, kenyamanan thermal.
Abstract : Residential building located on the street Dr. Wahidin No. 38 Semarang is the architectural artifacts that remain. The building was founded in 1938 by architect Liem Bwan Tjie modern colonial-style architecture. In architectural design, the climate is a major consideration, the climate in a region and a desire to meet the demands of convenience must produce a physical design solution design. "Cimatic design" solving which appeared in response to the study of climate responsive. Climate factors significantly affect the thermal comfort aspect. This research is limited to the thermal comfort performance of quantitative evidence on these residential buildings. From the results of this study concluded: To value (outdoor air temperature) is greater than the 5.97 C ° ET (effective temperature) so that the category was not comfortable, while the value of Ti (air temperature inside the room)
Oleh : RM. Bambang Setyohadi KP
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102
Abstrak : Bangunan rumah tinggal yang terletak di jalan Dr. Wahidin No. 38 Semarang merupakan artefak arsitektur yang masih tersisa. Bangunan ini didirikan pada tahun 1938 oleh arsitek Liem Bwan Tjie yang bergaya arsitektur kolonial modern. Dalam perancangan arsitektur, iklim merupakan bahan pertimbangan utama, iklim di suatu daerah dan keinginan memenuhi tuntutan kenyamanan harus menghasilkan pemecahan perancangan fisik desainnya. Pemecahan – pemecahan ”climatic design” yang muncul sebagai jawaban terhadap kajian responsif iklim. Faktor iklim berpengaruh besar terhadap aspek kenyamanan thermal. Penelitian ini dibatasi hanya pada pembuktian kuantitatif kinerja kenyamanan thermal pada bangunan rumah tinggal tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan : nilai To (suhu udara diluar ruangan) lebih besar 5,97 C° dari batas ET (Efektif Temperatur) sehingga masuk kategori tidak nyaman, sedangkan nilai Ti (suhu udara didalam ruangan) < To kategori nyaman. Tetapi perbedaannya sangat tipis yaitu Ti lebih dingin 1,18 C°. Kelembaban Relatif ( Rh) didalam dan diluar ruangan masih dalam batas normal, sesuai dengan persyaratan signifikan nyaman. Kecepatan angin (V) didalam maupun diluar ruangan relative normal dan dikategorikan nyaman.
Kata kunci: arsitektur, kolonial modern, kenyamanan thermal.
Abstract : Residential building located on the street Dr. Wahidin No. 38 Semarang is the architectural artifacts that remain. The building was founded in 1938 by architect Liem Bwan Tjie modern colonial-style architecture. In architectural design, the climate is a major consideration, the climate in a region and a desire to meet the demands of convenience must produce a physical design solution design. "Cimatic design" solving which appeared in response to the study of climate responsive. Climate factors significantly affect the thermal comfort aspect. This research is limited to the thermal comfort performance of quantitative evidence on these residential buildings. From the results of this study concluded: To value (outdoor air temperature) is greater than the 5.97 C ° ET (effective temperature) so that the category was not comfortable, while the value of Ti (air temperature inside the room)
Bagikan konten ini melalui social media ...